[24] Sangat Merindukanmu

1.5K 196 113
                                    






***Selamat Membaca***






"Jinjin?!" Pekiknya keras. Manik mata Taehyung terbelalak saat menyadari Seokjin telah berlari kencang mengejar sebuah mobil warna hitam yang telah melaju jauh.

Taehyung ikut berlari mengejarnya. Seokjin telah berada lebih dari lima puluh meter di depan sana.

Taehyung terkesiap kala melihat Adiknya jatuh tersungkur di belokan jalan. Dia mau tak mau mempercepat laju larinya karena ada sebuah persimpangan jalan yang cukup ramai tak jauh dari sana. Dia hanya takut Seokjin akan seenaknya menyebrang tanpa memperhatikan keramaian lalu lintas.

Seokjin mendadak berhenti berlari. Si manis kehabisan napas rupanya. Dia terlihat lelah dan tak sanggup lagi mengejar mobil hitam yang membawa pergi Beom Bom kecil dan Ibunya. Mobil itu bahkan sudah hilang dari pandangan mata.

Seokjin mulai menangis sekarang.

"Jinjin, apa kau baik-baik saja?" Tegur Taehyung kala dirinya telah tiba di samping sang Adik yang duduk di bawah tiang lampu jalan.

Dengan nafas yang masih tersengal, Taehyung membantu Seokjin berdiri dan menuntunnya ke tempat sepi. Sedikit menjauh dari jalan raya.

"Hei, apa kau baik-baik saja? Mobil siapa yang kau kejar tadi?" Tanya Taehyung sekali lagi.

Si manis tak menjawab pertanyaan itu. Dia justru menangis lebih keras. Taehyung yang merasa bingung, pada akhirnya hanya bisa mengelus pelan punggung Adiknya yang bergetar dan menunggunya hingga tenang.

Taehyung menunggu dengan sabar dan setengah mengantuk. Setelah sepuluh menit, si manis akhirnya berhenti menangis. Hanya tersisa isakan kecil yang keluar dari bibirnya.

"Kau sudah siap bercerita kepadaku?" Tanya Taehyung setelah menguap lebar.

Si manis mengangguk pelan.

"Baiklah siapa mereka? Maksudku siapa yang kau kejar barusan? Apa dia Ibu kandungmu?" Taehyung mengusap lelehan air mata yang masih mengalir di pipi si manis. Bersabar menunggu sang Adik membuka mulut.

"Apa benar dia Ibu kandungmu?"

Si manis terlihat gelisah. Dia terus saja meremas jemari tangannya. Wajahnya pun memerah seperti menahan sesuatu.

"Jinjin, apa kau ... ingin ke toilet? Aku akan mengantarmu jika kau sudah tidak tahan. Jangan sampai kau mengompol di sini. Itu akan sangat memalukan. Mana ada orang dewasa yang masih mengompol?" Celoteh Taehyung dengan gamblang.

Seokjin seketika memukul lengan atas Taehyung sedikit keras. "Jinjin tidak ingin pipis. Jinjin hanya sedang berpikir, Taetae. Kau sangat bodoh rupanya!" Balas Seokjin telak, sambil menuding ke arah dahi tengah Taehyung.

"Hah? Berpikir? Berpikir macam apa itu? Kau seperti sedang menahan kentut tadi. Tidak ada orang yang berpikir sampai seaneh itu, Jinjin. Ada-ada saja kau ini. Pintar sekali kau mengelak." Cibir Taehyung sambil menahan tawa.

"Jinjin sedang berpikir apa artinya kandung. Jinjin harus bisa menjawabnya. Oleh karena itu, Jinjin perlu berpikir dulu. Kalau tidak, Jinjin bisa disebut bodoh. Jinjin kan pintar, tidak bodoh seperti kamu."

Aku si manis dengan penuh percaya diri. Niatnya ingin menyombongkan diri, tapi malah justru terlihat imut sekaligus aneh di mata Taehyung.

"Kandung itu artinya sedarah. Ibu kandung adalah Ibu yang melahirkanmu. Ibu yang mengeluarkanmu dari perut. Jadi, apa dia Ibu kandungmu?"

Si manis mengangguk mengerti. "Dia Ibu hutan, Taetae."

"Hah? Ibu hutan? Maksudmu?"

Taehyung semakin tak mengerti akan cara berpikir Seokjin. Bagaimana bisa muncul Ibu hutan? Kosa kata dari mana lagi itu?

GULAKU [TAEJIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang