[3] Pergi ke kota

1.9K 247 163
                                    














**Selamat Membaca**
















"Neom Nom, ini makan siangmu."

Ibu Beomgyu meletakkan mangkuk berisi nasi dan sayur, di atas pangkuan anak angkatnya.

Neom Nom meraih mangkuk itu, lalu mengangkatnya sedikit. Dia mendongak, menatap wanita paruh baya yang berdiri di hadapannya.

"Te-terima ... kasih ... Ibu ..." Ucap Neom Nom dengan terbata. Senyum manis terbit di wajahnya.

Ibu Beomgyu  ikut tersenyum.

"Sama-sama sayang. Makanlah. Kau boleh tambah lagi jika masih kurang."

Dia mengelus sayang helai rambut Seokjin yang hitam berkilat. Dalam hati, dia memiliki keyakinan bahwa Seokjin pasti bukanlah dari golongan rakyat biasa.

Terlihat jelas dari kulit putihnya yang halus tanpa cacat. Bola matanya sehitam malam dan sangat jernih. Bentuk wajahnya pun, juga sangat asing. Tidak seperti kebanyakan orang di daerahnya.

Jika keyakinan itu salah, Seokjin pasti adalah malaikat atau semacam peri penjaga hutan, yang telah berubah menjadi manusia.

Penduduk daerah ini selalu mengatakan, bahwa ada peri penjaga hutan yang sangat baik hati di hutan tersebut. Peri itu akan menuntun orang-orang yang tersesat, agar bisa menemukan jalan pulang.

Selain itu, mereka juga akan memberi banyak kelimpahan pada orang-orang yang tulus berbuat baik dan mau menjaga kelestarian hutan pinus tersebut. 

Konon, ketika peri hutan tak sengaja jatuh cinta pada seorang manusia, mereka akan dengan rela memotong sayapnya agar bisa menjadi manusia seutuhnya.

Jika berhasil mendapatkan cintanya, dia akan hidup bahagia bersama orang yang dia cintai dan meninggal dalam waktu yang bersamaan. Sehidup semati hingga maut menjemput.

Jika cintanya tak berbalas, dia hanya bisa bertahan di bumi dalam waktu 40 hari. Ketika meninggal, jasadnya akan lebur dan berubah menjadi sebuah pohon. Pohon itu akan tumbuh di tempat dimana peri dan manusia yang dicintainya tersebut, bertemu untuk pertama kalinya.

Ibu Beomgyu sendiri, berada diantara rasa percaya dan tidak percaya. Dia ragu akan kebenaran cerita itu. Namun, dirinya juga tidak ingin menampiknya begitu saja. 

Pandangannya kembali tertuju pada Neom Nom yang sedang asyik menikmati makan siangnya.

Sejak pertama kali tinggal di sini, Neom Nom tidak pernah sekalipun menyisakan makanan. Mangkuk makanannya selalu kosong. Jika cocok dengan rasanya, dia akan meminta lebih hingga tiga kali.

Terkadang, melintas pikiran aneh di otaknya, dan meyakini bahwa Neom Nom adalah peri hutan itu. Bagaimana tidak? Neom Nom seperti orang yang tidak pernah makan. Bukankah peri hutan juga tidak pernah mencoba makanan manusia?

Selain itu, Neom Nom juga kesulitan dalam berbicara. Bukankah peri hutan juga tidak akan mengerti bahasa manusia?

Neom Nom juga sangat suka dengan permen jahe buatannya.

Beberapa penduduk juga bilang, dulu ada seseorang yang tersesat berhari-hari di hutan tersebut. Namun masih bisa bertahan hidup, karena selalu menemukan sekantong permen jahe yang tergeletak di bawah pohon yang sama setiap paginya.

Bukankah semua fakta itu cukup membuktikan bahwa Neom Nom adalah jelmaan peri hutan?

Jika demikian, bukankah keluarganya harus membantu Neom Nom menemukan orang yang dia cintai? Tapi siapa orang itu? Dimana tempat tinggalnya?

GULAKU [TAEJIN]Where stories live. Discover now