[23] Semua ini karenamu

1.5K 210 133
                                    







***Selamat Membaca***







Dengan terburu-buru, Jimin membereskan semua barang miliknya yang berada di dalam loker. Tidak ada ruang lagi baginya di tempat ini. Semua mimpinya sudah hancur.

Pagi-pagi sekali dia bergegas ke tempat latihan dengan harapan bisa memulihkan suasana hatinya yang rapuh, barang sejenak. Namun kenyataannya, semua harapan itu pupus hanya dalam waktu lima menit.

"Kami terpaksa mengeluarkanmu dari tim. Seminggu lebih kau absen latihan. Dan kami tidak bisa mentolerir itu. Deadline waktu latihan kita sudah mendesak, Jimin. Kami tidak bisa memaafkan ketidakdisiplinan yang telah kau perbuat. Dan sekarang, kami telah menunjuk anggota lain untuk mengisi tempatmu. Maafkan aku Jimin, mungkin mimpimu ada di tempat lain. Bukan di sini. Jangan lupa membereskan barang-barangmu sebelum pulang."

Penjelasan dari ketua tim kembali berputar di kepalanya untuk kelima kalinya. Jimin membanting pintu loker itu dengan keras. Tubuhnya ambruk, jatuh terduduk di lantai. Dia menangis sejadi-jadinya.

Kenapa dunia begitu kejam mempermainkannya?

Setelah kisah cintanya berakhir, kini mimpinya pun turut hancur.

Tidak ada seorang pun yang mau menemaninya saat ini. Bahkan tidak ada ucapan simpati sedikitpun yang keluar dari mulut teman-teman menarinya. Tidak ada pula tempat baginya untuk bersandar dan berbagi kesedihan.

Ting!

Jimin meraih ponselnya yang bergetar. Sebuah pesan dari Ibunya tertera di layar.

-Ayahmu sakit. Pulanglah sebentar. Dia merindukanmu.-

Begitulah isi pesan singkat dari Ibunya.

Lengkap sudah penderitaannya.
Ini adalah hari terpahit dalam sepanjang hidupnya. Semua nasib sial mengintimidasinya secara bersamaan.

Jimin berusaha berdiri dengan susah payah. Dia menghapus kasar jejak air matanya, kemudian meraih kardus yang berisi barang-barang miliknya. Dia berjalan gontai keluar ruangan.

Di area parkir, Jimin menghentikan langkahnya sebentar. Dia menoleh kembali ke arah studio tari yang hampir dua tahun ini dia tempati.

Waktu itu, Ibunya dengan bangga hati mengantarnya ke studio ini dengan harapan bahwa dia kelak akan menjadi penari terkenal. Dan untuk menyempurnakan mimpi itu, dia mengambil jurusan musik dalam perkuliahannya.

Dengan suka cita dia meletakkan semua mimpinya di tempat ini. Berlatih keras setiap hari dan belajar siang malam untuk membuktikan semua keinginan itu. Bahkan, Ayah dan Ibunya melarang keras dan tidak mengijinkannya untuk bekerja part time. Tidak cukup sampai di situ, Ayah dan Ibunya juga menyewakan rumah khusus untuk dia tinggali dengan nyaman.

Sekarang, karena kecerobohannya, harapan yang dia bangun sekian lama, kini telah berakhir sampai di sini.

"Hei rubah, kenapa kau melamun di tengah jalan begini? Apa kau mabuk? Menyingkirlah dariku!" Tegur Jungkook sarkas. Tatapan yang pria itu berikan seakan menguliti Jimin hidup-hidup.

Jimin balas menatapnya dengan tatapan penuh kebencian. Kilat kemarahan di manik matanya , tertuju jelas ke arah pria metropolis di hadapannya ini.

Benar, pria menyebalkan inilah yang telah menghancurkan hidupnya. Kisah cinta dan mimpinya berakhir karena pria brengsek ini.

"Apa lihat-lihat, hah? Apa kau tidak pernah melihat orang tampan? Jangan menghalangi jalanku. Cepat masuk! Latihan akan segera dimulai." Jungkook mendorong tubuh ringkih Jimin ke samping, lalu berjalan melewatinya.

GULAKU [TAEJIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang