4. sakit

22.9K 3.3K 304
                                    

Kaki yang dibalut sepatu hitam mengkilap berjalan cepat memasuki ruangan. Berhenti ketika sudah berada di dalam, empunya tersenyum dengan mata berkaca-kaca menatap permata hatinya yang sudah tak sadarkan diri selama dua hari sekarang tengah merentangkan tangan padanya__memberi kode untuk dipeluk.

"Putri kecil Papa," gumamnya mempercepat langkah untuk memeluk erat kesayangannya.

"Aku bukan anak kecil lagi, Pa. Sudah berapa kali aku bilang?" protes sang anak dalam pelukan.

Aldi, pria paruh baya yang baru memasuki ruangan itu melonggarkan pelukan lalu menangkup wajah putrinya. "Di mana yang sakit?"

"Semuanya," jawab Zoya lesu. "Di sini." Menunjuk kepalanya yang diperban.

"Lalu di sini." Tangannya beralih memegang sikutnya yang juga diperban. "Di sini juga sakit."

Zoya memegang kakinya kemudian menatap sang Ayah. "Aku bersumpah kalau aku tahu siapa pelakunya, aku akan menyalakan petasan di dalam mulutnya."

Aldi mengusap lembut puncuk kepala sang anak. Dua hari, ia tak pernah bisa tidur tenang. Melihat wajah sang anak yang begitu pucat saja mmebuatnya ketakutan.

"Papa janji akan temukan pelaku dan langsung menghukumnya seberat mungkin," ujar Aldi dibalas anggukan semangat oleh Zoya.

"Dia kabur begitu aja setelah nabrak aku." Zoya menatap lurus ke depan. "Apa orang tuanya enggak ngajarin dia tata krama?"

"Pasti Papanya adalah orang yang gak bertanggung jawab makanya dia jadi seperti itu. Beraninya dia nabrak aku dan langsung kabur. Liat aja ntar," lanjut Zoya.

Aldi berhenti mengusap kepala sang anak, ia beralih menyuruh Zoya berbaring dan untungnya gadis itu menurut.

"Gue udah bilang. Lo gak bisa pergi sendiri tapi lo keras kepala. Liat kan jadinya?" Ray memasuki ruangan diikuti Kakek Suryo di belakangnya.

Zoya menghela napas dan hanya diam tanpa terlihat berminat menimpali ucapan Ray. Namun, ketika Ayahnya sibuk bertegur sapa dengan Kakek Suryo, Ray menghampirinya dan berbisik di telinganya. "Aku kangen."

Satu-satunya gadis dalam ruangan itu memegang tangan Ray. "Aku mau semua orang tahu kita pacaran."

Ray melotot lantas langsung membekap mulut Zoya. Sembari melirik Kakeknya dan Aldi yang masih sibuk berbincang, Ray menatap Zoya tajam.

"Terus kamu pikir, para orang dewasa itu akan mengerti dan gak akan marah? Kamu gak tahu, aku mungkin akan jadi bulan-bulanan Kakek," bisik Ray. "Lebih lagi di semester terakhir nilai kamu terus anjlok. Hubungan kita pasti yang bakal dikambing hitamkan."

"Yak!" semprot Zoya tak suka. "Bisa enggak, jangan bicarain soal nilai?"

Ucapan gadis itu mengundang tatapan penasaran dari Aldi dan Suryo yang serempak menoleh ke arah mereka berdua.

"Gue kan udah ngelarang lo pergi tapi ngeyel. Rasain," omel Ray mengalihkan pembicaraan. Harap-harap cemas, dua orang dewasa dalam ruangan itu mendengar bisikannnya tadi.

Zoya memanyunkan bibirnya sementara Aldi dan Suryo terkekeh geli.

Saat Kakek dan Omnya kembali berbicara serius, Ray menarik tangan Zoya. "Kita ke taman, yuk. Pasti bosen di sini terus?"

Dibalas anggukan antusias Zoya yang langsung meminta izin pada Ayahnya.

Setelah mendapat izin, Mereka berdua berjalan di lorong rumah sakit dengan Zoya terduduk di kursi roda. Gadis itu menatap Ray sejenak." Zoya Aldimitri dinyatakan koma dan gak punya harapan lagi buat hidup."

Ucapan Zoya membuat sosok berpakaian serba hitam dengan tudung hoodie yang juga berwarna senada menghentikan langkahnya saat mendengar ucapan gadis itu ketika mereka berjalan berlawanan arah.

"Zoya Aldimitri koma," batinnya lalu mempercepat langkah. Ketika sampai di kamar mandi yang sepi, dia menghubungi seseorang yang menugaskannya hingga langkahnya sampai di sini.

"Gimana keadaan korban anak saya?" tanya seorang wanita dari seberang sana.

Sosok bertudung hitam itu membalas, "parah, Nyonya. Zoya Aldimitri sekarang mengalami koma dan saya dengar, dia gak lagi punya harapan buat hidup."

Sambungan tiba-tiba dimatikan sepihak. Sosok itu menatap layar ponselnya lalu menghela napas panjang. "Nyonya Yoora pasti shock," gumamnya.

Di sisi lain, Zoya menatap Ray dalam. "Gimana perasaan kamu kalau seandainya dokter bilang begitu tentang aku?"

Ray berhenti mendorong kursi roda gadis itu. "Ngapain ngebayangin yang enggak-enggak? Yang terpenting sekarang kan kamu baik-baik aja."

Zoya berdecak, ia menatap kesal ke arah Ray yang kembali mendorong kursi rodanya. Kenapa juga Zoya bisa suka sama laki-laki sekaku Ray?

"Sepedaku rusak parah," adu gadis itu. "Gak bisa kemana-mana sendiri lagi."

"Kan ada aku," balas Ray membuat gadis itu tersenyum simpul. "Baru sepeda. Sekalipun kaki kamu yang ga ada, aku bisa jadi kedua kaki buat kamu."

"Aku pegang kata-kata kamu. Awas kalau bohong," balas Zoya.

Ray tertawa kecil. "Iya, iya Tuan putri."

🍁🍁🍁

Nah di awal mereka udah pacaran. Anak SMP kok pacaran, jaman sekarang anak TK mah udah pacaran, yak😭🖒

Coba kita liat lika liku anak SMP pacaran kayak gimana😄

Aku aja yg jomblo entah sampe kapan hiksrot

REDUPWhere stories live. Discover now