28. Papa berubah [2]

9.5K 1.7K 712
                                    

Laki-laki itu, memiliki luka bakar di setengah dari wajahnya. Menatap gadis berseragam sekolah pertama yang datang padanya dengan senyum merekah sembari menyodorkan satu celengan berbentuk ayam dan satu tas kecil berisi berlian.

Karena menurutnya semua orang gila uang, laki-laki itu dengan segera memeluk tas dan celengan tersebut. "Sebutkan apa maumu?"

Gadis baru beranjak remaja itu tersenyum kian lebar memperlihatkan gigi kelinci kebanggaannya. "Di tas itu ada anting, cincin, dan kalung pemberian nenekku saat aku masih kecil dulu. Paman bisa menjualnya dan mendapatkan uang banyak."

Laki-laki itu dengan pakaian lusuh dan mempunyai rumah reot itu mengangguk cepat-cepat. "Katakan saja apa maumu."

"Mudah kok," ujar Zoya mencoba tenang sebab bagaimanapun dirinya tetap saja memiliki ketakutan jauh di lubuk hatinya.

Ia mengikuti laki-laki itu sebelum berangkat sekolah, melewati gang-gang sempit hingga mencapai tempatnya kini. Gubuk kecil yang dipenuhi debu dan sampah di mana-mana. Karena itu lah, sedikit lebih banyak Zoya merasa was-was apalagi mengetahui kalau laki-laki gila uang di depannya ini adalah pembunuh bayaran.

"Aku akan patuh pada siapa pun yang memberiku lebih banyak uang," ucap laki-laki itu saat menyadari ketakutan dari pancaran mata Zoya.

"Tapi, aku gak pernah menginginkanmu jadi bawahanku." Zoya melirik tangannya yang gemetar. "Tujuanku kemari hanya ingin lebih banyak bukti."

Ia mengeluarkan selembar foto. "Tentang kejahatan wanita ini."

Menunjuk Lira dalam foto lalu menunjuk Mako di samping Lira dalam foto. "Pada pria ini."

Tidak perlu menunggu untuk melihat laki-laki di depan Zoya mengangguk cepat sembari mengeluarkan ponsel.

"Di sana ada video kejadian itu. Aku hanya orang bayaran," ucap si pria membuat Zoya menerima ragu ponsel itu.

Ketika membuka galeri dan mendapati satu video, Zoya menutup mulut terkejut melihat semuanya dan dengan segera ia mengirim video itu ke ponselnya.

"Terima kasih paman,"ujar Zoya senang lalu berlalu keluar gubuk dengan riang.

Selepas kepergian Zoya, laki-laki itu tak henti memeluk berlian dan celengan yang anak itu berikan kemudian meraih ponsel untuk menghubungi seseorang. "Berikan aku lebih banyak uang karena baru saja seorang anak kecil datang menyerahkan banyak uang hanya untuk mengetahui rahasiamu, Lira. Karena aku mencintai uang, tentu saja aku memberikan apa yang dia mau."

Di tempat lain, Lira yang tengah meneguk segelas air mendengar orang itu menelponnya langsung saja membuat lututnya melemas bahkan ia menjatuhkan gelas.

"A-anak kecil," gumamnya.

*

Zoya berjalan masuk kelas dengan bahagia. Sangat berbeda dengan hari sebelumnya, ia menyapa semua orang dalam kelas dengan hangat.

"Widih si kelinci lagi bahagia nih," ucap Jaya datang menghampiri Zoya ke bangkunya.

Zoya langsung saja mengeluarkan dua cokelat. "Buat kalian."

"Ini nih alasan kenapa gue sayang banget sama lo, Zoy." Andra membuka bungkus cokelat dan langsung memakannya. "Temenan sama lo itu, perut kami selalu kenyang."

"Apa kalian percaya sama gue tentang kejadian di kolam renang dan hoax murahan kalau gue tenggelam?" tanya Zoya.

Baik Andra maupun Jaya sama-sama menggelengkan kepala polos membuat Zoya menatap sebal.

"Nah itu yang mau kita bahas," ucap Jaya. "Ada baiknya sekarang kalau bokap lo keluar kota dan nyokap tiri lo macem-macem, lo pasang CCTV di setiap sudut ruangan rumah lo. Ntar kami bantu."

REDUPDonde viven las historias. Descúbrelo ahora