40. Turun tangan

9.9K 1.9K 1.2K
                                    

Yoora tengah duduk sembari menatap kosong kakinya. Ia sudah menghubungi Aldric tetapi anak laki-lakinya memang lebih suka berada di luar dari pada di rumah dan itu membuat Yoora sama sekali tak tenang.

Namun, ia hanya bisa berdoa supaya Tuhan selalu menjaga anak itu dimana pun ia berada.

Suara ketukan di pintu utama rumahnya membuat Yoora terkejut, dalam hati berharap semoga anak keduanya yang datang. Namun, ketika ia berjalan dan membuka pintu, pemandangan yang pertama dilihatnya adalah Aldi.

"Aku datang ke sini mau jemput Zoya," kata pria itu tak mau berbasa basi.

Yoora memalingkah wajah lebih tepatnya tak mau sedikitpun menatap mantan suaminya. "Zoya gak ada di sini, Mas."

Aldi langsung menarik Yoora memaksa wanita itu menatap matanya. "Kamu pikir kemana lagi dia kalau enggak ke sini? Jangan membohongiku, Yoora."

"Zoya emang enggak pernah ke sini, Aldi!" teriak Yoora tak kuasa membendung emosi.

"Jangan bercanda!" Aldi pun tak mau kalah hingga meninggikan suara. "Dia sudah seminggu gak pulang!"

"A-apa?" Yoora menutup mulut shock. Matanya langsung berair. Wanita itu menarik kerah baju suaminya kasar. "Anak kamu seminggu gak pulang dan kamu baru mencarinya sekarang?"

"Yoora, tolong jangan membual." Aldi melepaskan tangan Yoora dari kerah kemejanya. "Aku tahu kamu lagi menyembunyikannya."

"Zoya gak di sini!" teriak Yoora. Buliran bening itu jatuh membasahi pipi putihnya.

Wanita itu mengusap wajah kasar. "Oh astaga. Aldric belum pulang dan sekarang Zoya entah kemana."

Terduduk di lantai dengan napas berhembus terburu. Bagaimana jika terjadi sesuatu dengan anak-anaknya.

Segala macam pikiran buruk mulai menyerangnya, Yoora menggeleng berusaha menepis semuanya. Ia bangkit  dan berjalan sempoyongan. "Aku harus mencari Zoya."

Tetapi, Aldi segera menarik kasar tangannya. "Jangan membuat drama di depanku, Yoora. Aku tahu kamu lagi menyembunyikannya."

"Apa yang harus ku lakukan supaya kamu percaya?" isaknya. Yoora menghapus air matanya kasar saat teringat dua hari yang lalu anak itu datang ke restoran.

"Kalau itu mau Mama, aku gak akan datang lagi. Aku benci kalian semua!"

Berarti saat anak itu datang kala itu, dia sudah tak berada di rumah Ayahnya lalu dimana Zoya tinggal? Tidak mungkin anak seusia Zoya berani tidur di jalanan.

"Yoora dengarkan aku," ujar Aldi menatap murka mantan istrinya. "Kalau malam ini kamu gak nganterin Zoya pulang, aku gak bakal segan-segan ngelaporin kamu ke polisi atas tuduhan penculikan."

Aldi pergi sembari menutup pintu kasar. Sepertinya kita tahu sekarang dari mana asal sifat Aldric yang suka melampiaskan amarah ke benda-benda tak bersalah.

*

Zoya baru saja habis membeli dua bungkus nasi dari uang yang diberikan Abangnya. Namun, saat dalam perjalanan pulang, entah kenapa ia merasa ada yang mengikuti. Perasaannya pun menjadi tak enak hingga ia mempercepat langkah benar-benar takut saat kejadian ia dikejar preman terlintas di kepalanya.

Sesaat ketika ia sampai gudang, Zoya menghembuskan napas lega lalu masuk dan memberikan satu untuk Aldric dan sisanya untuk dirinya sendiri.

"Kenapa gak Abang aja yang beli kan pake motor," keluhnya kesal.

Aldric yang tengah sibuk dengan ponsel meliriknya melalui ekor mata. "Males."

Kemudian, mereka sibuk dengan makanan di depannya hingga saat semuanya habis, Zoya tersenyum. "Kenyangnya."

REDUPOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz