21. Menghargai makanan

11.2K 2.1K 750
                                    

Sonia mengendap-endap ke kamar Zoya dengan seragam yang sudah rapi melekat di tubuhnya. Bagaimana pun ucapan Zoya malam tadi, mendengar isakan keras Zoya tetap saja membuat Sonia merasa khawatir pada teman sekelas yang lebih muda sebelas bulan darinya itu.

Namun, saat Sonia akan membuka pintu kamar Zoya, pintunya lebih dulu terbuka dari dalam menampilkan Aldi yang keluar dengan mata sembab. Tak menyapanya seperti biasa, pria yang terlihat tak tidur semalaman itu berjalan pergi tanpa sepatah kata.

Tidak ada yang tahu bagaimana perasaan pria itu. Namun, Sonia meyakini satu hal kalau Aldi habis menangis. Entah karena menyesal telah memukul putri kesayangannya atau hal lain.

Sonia melihat ke arah pintu yang terbuka, dari kejauhan terlihat Zoya terpejam. Pelan-pelan ia melangkah mendekat lalu menepuk-nepuk pipi Zoya pelan. "Zoy, lo gak sekolah?"

"Adik kamu lagi sakit. Papa udah ngijinin dia, kamu bisa berangkat sekarang. Minta uang jajan sama Mama," ucap Aldi kembali masuk kamar membuat Sonia terperanjat.

Aldi berkata tanpa senyuman seperti biasanya, Sonia mengerti kalau suasana hati pria itu sedang tidak baik-baik saja. Gadis itu mengangguk kecil sebelum akhirnya melangkah pergi.

Terlihat, Lira memasuki kamar selepas Sonia keluar. Wanita itu nampak membawa sebuah koper serta jas hitam milik suaminya. "Kamu yakin, Mas?"

Sembari menatap dalam wajah putrinya yang masih memejamkan mata Aldi membalas dengan deheman.

"Aku titip anak-anak sama kamu." Aldi berujar ragu. "Terutama Zoya. Tolong, Lira. Jangan bersikap seperti saat aku ada di rumah. Sayangi dia seperti kamu menyayangi Sonia."

"Aku sedang berusaha, Mas." Lira menatap suaminya teduh. "Selama kamu keluar kota." Melirik Zoya dengan senyum kecil. "Aku akan mengajarinya banyak hal."

Aldi duduk, membelai lembut kepala Zoya lalu membubuhkan satu ciuman penuh sayang di dahi anak itu.

"Kamu gak mau nunggu dia bangun dulu?" tanya Lira pelan.

Aldi menggeleng seraya menyelipkan beberapa lembar uang di tangan Zoya dan sesuatu yang tak Lira ketahui di bawah bantal anak itu.

"Dia butuh waktu untuk bertemu denganku setelah apa yang terjadi semalam," ucap Aldi masih mengusap kepala sang anak.

"Kamu menyesal?" tanya Lira tetapi suaminya tak menjawab.

Aldi kemudian bangkit, berjalan keluar kamar diikuti Lira di belakangnya. Wanita itu tak berhenti bertanya, "berapa lama kamu di bali?"

"Dua bulan kalau enggak, mungkin sebulan." Aldi sedikit menyunggingkan senyum. "Jaga Zoya untukku, ya. Aku bakal transfer uang tiap minggu buatnya. Kamu bisa bagi adil sama Sonia juga."

"Iya jangan khawatir. Kamu pikirin aja pekerjaan kamu sama jangan lupa jaga kesehatan," ucap Lira.

Aldi menganguk, Lira mengantarkan pria itu sampai mobil dan ketika mobil Aldi hilang dari pandangan, Lira bergegas kembali ke kamar Zoya.

Untungnya anak itu masih tidur ketika Lira mengambil barang berkilau yang Aldi selipkan di bawah bantal Zoya. Menariknya dan sudah ia duga kalau barang itu adalah kalung berlian yang selama ini ia idamkan.

REDUPWhere stories live. Discover now