18. Patah hati pertama untuk Zoya

12.3K 2.3K 508
                                    

Tak peduli seberapa keras ia berteriak, suaranya tetap teredam air hujan pun dengan air mata yang jatuh ke pipinya.

Zoya terus berlari menghindari kejaran pria seram itu tetapi saat kakinya tak lagi kuat menahan bobot badan karena energinya yang serasa terkuras habis, ia jatuh.

Pria itu semakin mendekat. Zoya berteriak meminta pergi tetapi hanya dibalas senyum smirk pria itu.

Maka, Zoya memejamkan mata saat pria itu semakin mendekat, mengikis jarak dengannya sampai gadis itu terperanjat ketika tubuh besar pria itu terpelanting menghantam tanah yang basah.

Zoya menatap Saka yang memegang balok kayu di tangan kanan lalu meraih tubuhnya untuk berdiri. Tidak ada waktu untuk berbicara, Saka menariknya ke motor yang terpakir di pinggir jalan untuk dibawa pulang.

Di dalam ruangan yang terdiri dari empat orang itu ribut saat laki-laki memakai jaket kulit hitam berteriak murka pada satu-satunya gadis di sana.

"Udahlah dric, adik lo masih ketakutan gitu malah tambah takut karena lo marahin," ucap Saka pelan.

"Aku mau pulang," lirih Zoya membuat Aldric menarik napas dalam-dalam lalu melepas jaketnya untuk dipasangkan ke tubuh sang adik yang kedinginan. Ia tak bisa tidak meledak karena emosi mendengar cerita Saka. Marah pada Zoya karena anak itu berani pergi sendirian di saat hari mulai sudah berubah petang.

"Thanks, Ka udah bantuin adek gue," ucap Aldric lalu menyapa Mike yang sedari terdiam kaku di sofa rumahnya.

Aldric menarik Zoya yang melirik Mike sebelum akhirnya benar-benar pergi.

"Kok lo diem aja sih hah? Bukannya dia cewek inceran lo?" tanya Saka bingung pada sang adik yang mengangguk lesu.

"Gue selalu mati kutu kalau di dekat dia, Bang." Mike membalas seadanya yang mengundang tawa dari Saka.

Sementara di tempat lain, Aldric memasukkan ponselnya ke dalam saku lalu kembali menaiki motor besarnya.

"Pacarnya, ya?" tanya Zoya parau membuat Aldric terkekeh seraya membalas, "anak kecil kepo."

"Sekarang Abang cinta sama pacar yang ini, ya sampe rela berhenti di pinggir jalan buat angkat panggilannya," ucap Zoya.

Aldric diam membisu sementara Zoya berkata ragu, "sejujurnya aku takut, Bang Al sama kayak Bang El setelah punya sosok yang kalian cinta. Emm kalian jadi lebih memperioritaskan mereka daripada keluarga. Tapi, di sisi lain aku seneng Abang bisa buka hati dan mau dukung apa pun yang buat Abang bahagia."

"Karena itu kelinci tengil, mulai sekarang belajar mandiri dan jangan bergantung pada siapa pun," balas Aldric. "Abang ingin punya adik yang kuat dan gak manja lagi."

"Hm." Zoya hanya membalas dengan deheman terpaksa.

Aldric kemudian tak mengatakan apa-apa dan hanya mengusap kepala adiknya sebentar lalu mulai menjalankan motornya untuk pulang.

Sembari mengeratkan jaket yang dipakainya, Zoya menatap kepergian Aldric yang perlahan lenyap dari pandangan setelah menurunkannya di depan gerbang. Rupanya, Aldric masih marah perihal kehamilan Lira karena itu tak mau mampir sedikit pun di rumah Papa mereka.

Saat akan masuk gerbang, suara tawa dari belakang menghentikan langkah Zoya. Ia berbalik dan matanya langsung bertemu pandang dengan Ray yang juga langsung menghentikan sepeda di dekat Zoya bersama Sonia di boncengannya.

REDUPWhere stories live. Discover now