1. Tali yang putus

48.5K 4.8K 671
                                    

12 Desember 2016

Seorang anak laki-laki terlihat hancur di depan pusara kedua orang tuanya. Dipandangnya bergantian nama orang tersayangnya yang tertulis di batu nisan kemudian terdengar keras suara tangisan.

Semua sudah berakhir, sejak beberapa jam yang lalu ia melihat kedua tubuh orangtuanya dimasukkan ke dalam liang lahat, ia serasa tak lagi punya tempat untuk berpijak, tak lagi punya 'rumah' untuk pulang. Semuanya hancur. keharmonisan keluarganya dan kebahagiannya. Ia ditinggal sendiri dengan penuh penyesalan, menyesal kenapa ia tak ikut berpergian bersama kedua orang tuanya yang kecelakaan hingga kedua orang yang membuatnya terlahir ke dunia itu harus dipanggil Tuhan.

Anak laki-laki berusia tujuh tahun itu berlari keluar dari area pemakaman. Ia berlari sekuat tenaga tak tentu arah kemudian terduduk di aspal jalanan, berharap ada kendaraan yang menghantam tubuhnya supaya ia bisa menyusul kedua orang tuanya berpulang.

Ia menangis begitu keras dengan tubuh gemetar hebat. Bayangan kehidupanya tanpa kedua orang tua menghantam keras ulu hatinya membuat sakit. Ia terus menangis di jalanan yang sepi itu sampai sebuah tepukan di bahu ia rasakan. Anak laki-laki itu menoleh ke samping dengan masih sesegukan dan air mata yang tak henti mengalir deras ke pipinya.

Terkejut mendapati seorang gadis kecil dengan rambut panjang diikat rapi memeluk boneka barbie tersenyum tulus ke arahnya. Gadis kecil itu menyodorkan sapu tangan berwarna pink dengan senyum menggemaskan.

"Iron man gak boleh nangis," kata gadis kecil dengan senyum yang membuat matanya menyipit. Anak laki-laki yang memakai baju dengan gambar iron man itu dengan perasaan ragu menerima sapu tangan pemberiannya. Si gadis kecil pergi setelah seorang pria paruh baya berpakaian serba hitam memanggilnya untuk pulang.

Sementara anak laki-laki yang ditinggal sendirian, menatap sapu tangan yang di tengah-tengahnya bertuliskan nama "Zoya" pemberian si gadis kecil.

"Tuan muda!" Sosok pria pauh baya dengan napas ngos-ngosan berseru menghampirinya.

"Syukurlah saya menemukan Tuan muda di sini. Kakek anda panik mencari Tuan muda," tutur Pria itu membuat anak laki-laki tertegun. Tenggelam dalam duka yang mendalam setelah kehilangan kedua orang paling ia sayang membuatnya lupa, kalau ia masih mempunyai Kakeknya.

"Kita ikuti mobil itu," tunjuk si anak laki-laki pada mobil hitam yang membawa si gadis kecil pergi. Anak laki-laki itu menghapus air matanya untuk pertama kali menggunakan sapu tangan pemberian si gadis kecil.

Sekarang, di balik kaca mobil si anak laki-laki menatap sendu ke arah gerbang putih menjulang tinggi. Di depan gerbang itu, terlihat gadis kecil yang tersenyum cerah padanya beberapa menit lalu tengah mengamuk, memanggil-manggil nama ibunya yang menangis sembari menyeret koper berusaha melepaskan tangan si gadis kecil yang memeluk kakinya.

"Mama! Jangan tinggalin Zoya! Mama, Zoya ikut! Mama gak boleh pergi! Mama sama Kakak gak boleh pergi!" teriak gadis kecil itu terdengar memilukan sampai seorang pria paruh baya menggendongnya masuk ke dalam gerbang sementara si wanita pergi menaiki mobil. Gadis kecil itu memberontak terus mengamuk dalam gendongan sang Papa sembari terus meminta sang Mama kembali. "Mama! Mama! Jangan pergi! Mama jangan tinggalin Zoya sendiri! Mama! Mama!"

Anak laki-laki menunduk sembari menatap tulisan "Zoya" di tengah kain sapu tangan pemberian si gadis kecil. Si anak laki-laki kembali meneteskan air mata. "Dia ngasih ini buat aku hapus air mata sementara dia juga membutuhkannya."

REDUPWhere stories live. Discover now