19. Zoya & Mike

11.2K 2.2K 611
                                    

Rambut acak-acakan, wajah basah karena air mata, sudut bibir mengeluarkan darah, dan tubuhnya tak berhenti gemetar hebat.

"Sonia! Mama bilang keluar!"

Gadis itu semakin meringkuk ketakutan di balik pintu kamar, membekap mulut mencoba meredam isakan. Air semakin deras jatuh dari pelupuk mata saat melihat Ibunya berjalan ke sana kemari sembari membawa ikan pinggang milik Papa tiri untuk mencambuknya.

"Beraninya kamu mengkhianati Mama dan mengadukan semuanya sama Aldi!" teriak Lira menendang pintu tempat Sonia bersembunyi. Wanita itu berjalan masuk lalu menemukan anaknya yang segera memohon ampun sembari menggelengkan kepala dengan tangis.

"Sakit, Ma. Jangan! Ampun!" rintihnya memeluk kedua kaki sang Ibu saat berulang kali ikat pinggang itu dilayangkan ke punggung membuat rasa perih menjalar di sana.

"Mama!" histeris Sonia. "Mama ampun, Mama sakit. Mama ampun! Berhenti, Ma."

Lira ikut menangis mendengar rintihan sang anak tetapi juga tak berhenti melayangkan pukulan. Membuang ikat pinggang lalu beralih mencubiti paha anak itu.

"Lira!" teriak Aldi masuk ke kamar yang dengan segera membuat Sonia bangkit lalu berjalan tergopoh ke belakang pria itu berupaya mencari perlindungan.

"Apa-apaan ini?" tanya Aldi melihat luka-luka di kaki dan lengan tangan Sonia. "Kenapa, ibu macam apa kamu?"

"Kamu gak usah ikut campur!" isak Lira. "Terserah aku. Dia anakku, aku berhak melakukan apa pun padanya."

"Dia juga putriku," balas Aldi kehilangan rasa sabar. "Dan aku gak akan diam saja melihatmu melakukan kekerasan padanya. Bukan seperti ini cara mendidik seorang anak, Lira."

Lira memejamkan mata sejenak lalu melangkah cepat pergi dari sana setelah melayangkan tatapan membunuh pada Sonia yang langsung memeluk lengan Aldi karena ketakutan.

Setelah kepergian Lira, Aldi menarik Sonia menghadapnya, menatap gadis itu dengan teduh. "Kamu gak papa kan, Nak?"

Sonia menggeleng seraya berkata lirih, "enggak, Pa."

Namun, Aldi melihat lengan gadis itu penuh kemerahan seperti bekas cubitan. Maka, ia menarik lengan Sonia lembut. "Kamu jangan bohong buat nutupin semuanya. Aku adalah Papa kamu juga. Jangan takut, sudah tugasku untuk melindungimu apa pun yang terjadi."

Melihat tatapan tulus yang terpancar dari mata Aldi membuat hati Sonia tersentuh, ia merasakan hangat di hatinya yang selama ini tak pernah ia dapatkan. Ini kah yang dirasakan seorang anak yang selalu menerima cinta dari Ayahnya?

"Makasih, Pa." Aldi menarik Sonia ke dalam pelukan, mengusap lembut kepala anak itu berusaha menenangkan.

Sonia tersenyum. Perlahan melepas pelukan, "aku harus bersiap-siap untuk ke sekolah. Papa gak usah khawatir, aku baik-baik aja kok."

Aldi terlihat ragu mengijinkan tetapi Sonia meyakinkan pria itu. Karenanya, Aldi meraih tangan Sonia. "Yaudah ayo Papa anter."

Sonia masih tersenyum seraya menggeleng. "Gak usah repot-repot, Pa. Mulai sekarang dan seterusnya, aku sekolahnya berangkat bareng Ray naik sepeda."

Sejenak Aldi terdiam, teringat hingga akan naik ke kelas tiga SMP, selama ini Zoya yang selalu berangkat bersama Ray. Tapi, apa hubungan mereka sedang tidak baik-baik saja.

REDUPWhere stories live. Discover now