41. Rumah yang tak lagi ramah

10.2K 1.9K 1.7K
                                    

Zoya berlari tergesa-gesa memasuki gudang. Di sana ia mendapati Abangnya tengah bernyanyi dengan kedua headset menyumpal telinga. Gadis itu segera menariknya membuat Aldric mengalihkan atensi. "Bang, di depan ada pedagang cilok. Minta duit dong."

Bukannya merogoh saku lalu memberikan adiknya uang, Aldric malah memasukkan jari telunjuk ke lubang hidung. "Nih upil gue."

"Abang." Zoya menatap ngeri. Jijik juga dan melihat itu membuat Aldric semakin semangat menyodorkan upilnya.

"Abang jorok," histeris Zoya berlari. Aldric mengejarnya hingga sampai pintu gudang.

Anak itu terjatuh karena menabrak tubuh tegap seseorang. Abang mereka. Elvano.

"Gue anterin lo pulang!" tegas Elvano terdengar tak ingin dibantah sembari menarik tangannya kasar.

Zoya menggeleng kuat-kuat, berupaya melepaskan. "Udah berapa kali aku bilang, aku gak mau pulang."

"Gue gak peduli." Elvano meninggikan nada suara mencengkram kuat pergelangan tangan sang adik hingga anak itu meringis kesakitan. "Ayo."

"Gak mau!" teriak Zoya dengan mata berkaca-kaca. "Abang aja yang pulang. Aku gak mau."

"Gue bilang pulang ya pulang!" bentak El dengan urat-urat leher yang terlihat.

Aldric hanya menunduk dari kejauhan sementara Zoya tetap pada pendiriannya.

"Lepas." Anak itu berusaha melepaskan diri dari cengkraman Elvano tetapi tak bisa. "Bang El egois! Aku bilang lepas!"

Plak!

"Anjing lo berani nampar dia!" Aldric maju mencengkram kerah baju Elvano.

Sembari menepis kasar tangan Aldric, dia menatap Zoya yang tubuhnya gemetar dengan setetes darah keluar dari sudut bibir kanan bekas tamparannya.

"Jangan pancing emosi Abang," ujarnya lirih. "Kita pulang demi kebaikan lo."

"Bukan demi kebaikanku, Abang gak tahu apa-apa tentang hidupku!" pekiknya pilu.

"Lo yang gak tahu apa-apa!" Elvano tak kalah meninggikan suara. "Kalian berdua gak berhenti bikin masalah."

Menatap ke arah Aldric. "Apa kalian gak kasian sama orang tua kita, hah?"

"Orang tua kita yang gak kasian sama aku dan bang Al!"

Lagi, satu tamparan melayang ke pipi kiri Zoya. Anak itu tak diam, menatap sang Kakak nyalang. "Tampar aku, pukul kalau perlu bunuh aku biar kalian puas sekalian! Aku benci semuanya!"

"Gue bilang, gue gak peduli!" Elvano kembali mencengkram pergelangan tangan kanan adiknya sementara Aldric yang tak tinggal diam menahan pergelangan tangan kiri anak itu.

Tatapan Elvano amat tajam. "Lepas."

"Enggak," kata Aldric penuh penekanan. "Gue gak bakal biarin adik gue dibawa banci kayak lo."

Satu pukulan melayang ke wajah Aldric. Zoya histeris menarik jaket Elvano untuk mundur. "Cukup. Berhenti."

Namun, Aldric tak diam saja hingga dia bangkit dan membalas pukulan ke rahang Kakak mereka.

Zoya berhasil melepaskan diri lalu berlari memeluk tangan Aldric erat.

Elvano meludahi darah di mulutnya. "Kalau Zoya gak dibawa pulang malam ini, Papa bakal ngelaporin Mama ke polisi. Puas kalian?!"

Hening. Buliran bening itu makin deras mengalir jatuh ke pipi Zoya yang memerah. Tangisnya semakin pecah saat perlahan Aldric melepaskan pegangannya.

REDUPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang