29. Sahabat sejati selalu berbagi

8.9K 1.8K 567
                                    

Yoora sama sekali tak bisa mengerti kenapa Aldi mantan suaminya berubah layaknya ABG labil seperti Zoya.

Beberapa hari yang lalu mendekap tubuhnya erat, berterima kasih karena dirinya sudah menjadi Ibu terbaik untuk anak-anak mereka tetapi sekarang menelpon, marah-marah meminta ia menjauhi putri mereka. Apa-apaan?

"Dari kecil dia bersamamu dan kamu tidak membiarkan kami bertemu. Mas, sudah sewajarnya saat aku dan dia sekarang bertemu, Zoya melampiaskan semua kerinduannya padaku." Yoora memejamkan mata dengan helaan napas panjang. "Aku ibunya yang melahirkannya dan itu bukan hal yang mengherankan kalau dia ingin dekat denganku. Sudah sepantasnya seorang Ibu dan anak dekat 'kan?"

"Bukan itu masalahnya, Yoora. Tapi, semenjak aku membebaskannya bertemu denganmu, Zoya menjadi berani melawanku. Aku tidak suka kamu membawa pengaruh buruk untuknya."

"Maaf, pengaruh buruk apanya? Bukannya sudah ku bilang kalau kamu harus lebih sabar lagi menghadapinya karena dia lagi di masa-masa belum menemukan jati dirinya. Belum bisa mengendalikan emosinya. Kalau dia berani melawanmu, coba tanyakan sama dirimu sendiri, kenapa dia sampe seperti itu? Aku sih yakin, kalau Zoya salah dia gak akan berani melawan buat cari pembenaran," jawab Yoora panjang kebar yang justru semakin mengundang emosi Aldi.

"Sikapmu yang selalu membela meskipun dia melakukan kesalahan, itu yang membentuk Zoya menjadi seperti ini, Yoora. Semalem dia ngata-ngatain Ibu tirinya. Manggil Lira kriminal, dari mana dia nemu panggilan itu sama Mama sambungnya?"

Yoora termenung. Zoya, bagaimana bisa anak itu bisa sekasar itu. "Aku tidak pernah mengajarkannya berbicara seperti itu, Aldi."

"Aku sudah tidak percaya lagi. Sikap Zoya pada Ibu tiri dan saudari tirinya benar-benar membuatku merasa gagal mendidiknya. Karena itu, mulai sekarang kamu bekerja samalah denganku. Jangan pernah lagi membelanya karena itu yang bikin dia gak bisa hormat sama orang tua. Yoora, tolong jangan bawa pengaruh buruk buatnya."

Yoora menatap langit-langit ruangan tengah tempatnya kini. Kemudian, tanpa menjawab, dia melempar ponsel. Hatinya benar-benar tersakiti, bagaimana bisa kebersamaannya dengan sang anak dianggap membawa pengaruh buruk?

Namun, ia tak akan tahan lagi mendengar semua ucapan Aldi karena itu lebih baik Yoora menurut untuk tak ikut campur masalah keluarga mereka termasuk Zoya yang dari awal perpisahan, pengadilan memutuskan hak asuhnya jatuh ke tangan Aldi.

*

Masih sangat pagi saat perutnya berbunyi. Zoya yang sudah mandi terduduk di pinggir ranjang menatap lukisannya di buku gambar. Kemudian membelai dan tersenyum kecil.

Keluarga bahagia, batinnnya dan langsung menyembunyikan buku gambar itu saat seseorang masuk kamar.

Lira datang membawa nampan yang di atasnya ada nasi goreng lengkap dengan segelas air putih. "Buat tenagamu melawanku."

Namun, Zoya menepis kasar nampan itu hingga makanannya berceceran. Semua itu terlihat oleh Aldi yang berdiri di ambang pintu langsung mengepalkan tangan.

"Untuk hari ini, jangan masak apa-apa, Lira. Biarin anak keras kepala ini kelaparan," titah Aldi membuat Lira mengangguk cepat.

Zoya tak berkata apa-apa bahkan saat ayahnya menarik tangan untuk memaksa dirinya menatap pria itu.

"Papa gak tahu lagi harus gimana mengajarimu, Papa benar-benar kecewa" ucap Aldi.

Zoya membalas tatapan Ayahnya penuh luka. "Aku sudah membuktikannya. Papa liat video yang ku kirimkan di WA Papa dan itu bisa membuka mata Papa buat tahu siapa Tante Lira yang sebenarnya dan kenapa aku manggil dia seperti itu semalam."

REDUPWhere stories live. Discover now