38. Danau

10.6K 1.9K 1.1K
                                    

"Sonia, Mama bilang buka pintunya!"

Seluruh tamu undangan sudah Lira bubarkan dan dari beberapa menit yang lalu, ia berdiri di depan pintu kamar Sonia tetapi gadis itu tak mau juga membuka pintu.

"Jangan paksa Mama buat melakukan kekerasan, Sonia! Apa kamu pikir tindakan kamu barusan enggak buat Mama malu hah?" teriak Lira. "Mau kamu sebenernya apa sih hah? Mama udah ngelakuin semuanya supaya kamu bisa bahagia sampai ngadain pesta besar-besaran buatmu dan sekarang ini balasanmu?"

Ray yang berdiri tak jauh dari Lira tak berhenti menghubungi gadis itu tetapi tak diangkat, pesannya pun tak dibalas. Sebenarnya apa yang terjadi dengan Sonia?

Remaja itu langsung mengalihkan atensi saat pintu kamar Sonia terbuka. Gadis itu keluar dengan mata sembab. "Mama jujur sama aku, apa bener Mama pernah bunuh orang di masa lalu?"

Kemudian, satu tamparan dari Lira melayang ke wajah Sonia hingga ia tertoleh ke samping kanan.

"Aku punya buktinya!" teriak Sonia kehilangan kendali. "Zoya menunjukkan semuanya sama aku."

"Dan kamu lebih percaya anak sialan itu dari pada Mama kamu sendiri?" tanya Lira dengan mata memerah. Sonia kembali menangis. Lira meremat kuat bahu anaknya dan memaksa Sonia menatap matanya. "Papa Aldi lagi marah besar sama Zoya sampe dia kabur dari rumah ini. Mama ngadain pesta buat kamu yang sudah jelas buat dia iri hati karena itu, dia menggunakan segala cara untuk menghancurkan pestamu. Gimana bisa kamu sampai terpengaruh, Sonia?"

"Dia mengirimkan sebuah video sebagai bukti, Ma," isak Sonia. "Aku ingin percaya sama Mama tapi--"

Sonia menggeleng dengan tangis semakin kencang sementara itu tubuh Lira langsung menegang. "Berikan aku lebih banyak uang karena baru saja seorang anak kecil datang menyerahkan banyak uang hanya untuk mengetahui rahasiamu, Lira. Karena aku mencintai uang, tentu saja aku memberikan apa yang dia mau."

Lira masuk kamar Sonia, meraih ponsel gadis itu lalu membantingnya hingga tak terbentuk.

Ray yang sedari tadi diam seperti patung berjalan melangkah mendekati Sonia. "Video apa yang dimaksud?"

"Itu fitnah!" Suara Lira meninggi. "Video itu rekayasa. Zoya tidak menyukai kita dari awal karena itu dia melakukan segala cara untuk menghancurkan kita!"

Wanita itu meraih kedua lengan Ray yang kebingungan untuk menghadapnya. "Kalau kamu sayang sama Sonia dan percaya sama Tante, hancurkan handpone milik Zoya."

**
Zoya berdiri di depan cermin yang sebesar dirinya dalam gudang itu. Sembari menyisir rambutnya, ia berkata, "Abang boleh pergi kemana pun hari ini. Gak bakal aku ikuti kok."

Mendengar itu, Aldric yang tengah fokus bermain game di ponsel langsung bangkit. "Serius? Hari ini gue bisa bebas dari lo?"

Laki-laki itu langsung bersorak senang dibalas tatapan tajam sang adik.

Aldric mengabaikan sembari meraih jaketnya hendak bertemu Saka dan Gama juga ingin mengitari seluruh jakarta bersama Naya karena berhubung, uang juga baru ia terima dari ayah mereka.

Laki-laki itu dengan gembira melangkah ingin cepat-cepat pergi tetapi baru saja ia sampai di ambang pintu gudang, tarikan di jaketnya dari belakang membuat Aldric terhenti. "Apalagi kelinci tengil?"

Zoya menadahkan tangan sembari mengangkat-ngangkat alis. "Tugas seorang Abang selain menjaga adiknya itu adalah?"

"Membuat adiknya menangis," jawab Aldric membuat Zoya menggeleng.

"Bukan!"

"Menjahili adiknya?" tanya Aldric lagi dibalas gelengan kepala kuat-kuat.

"Bukan!"

REDUPWhere stories live. Discover now