24. Terkunci

8.4K 1.6K 467
                                    

Zoya menghidupkan keran kamar mandi lalu merosotkan tubuhnya di lantai yang dingin. Suara tangisannya teredam suara kerasnya air keran.

"Zoy, lo gak usah dengerin Ray, Zoy." Jaya dan Andra menggedor-gedor pintu di luar. "Kami selalu ngeliat semua kebaikan yang terpancar dari lo."

"Zoy," lirih Andra. "Dia bilang lo gitu mau nutupin rasa cemburunya karena lo deket sama Mike. Gak seharusnya dia lampiasin itu ke Lo. Zoy, lo punya kami."

Terdengar suara tangisan di dalam sana yang membuat Jaya dan Andra sedih.

Untungnya saat ini tengah berlansung jam pelajaran karena itu toilet siswi sepi. Mereka berdua menjadi bisa mengecek keadaan Zoya.

"Zoy, sumpah kalau lo gak buka pintunya sekarang, gue bakal gantung diri di-"

Pintu langsung terbuka menampilkan wajah basah Zoya akan air mata. "Lo bilang apa tadi?"

"Gue bakal gantung diri di pohon toge," lanjut Jaya membuat Andra mati-matian menahan tawa.

"Ngeselin!" kesal Zoya menghapus air matanya.

Andra memegang bahu sang sahabat. "Lo selalu bilang sama kami, air mata adalah senjata terakhir wanita karena itu selama ini lo jarang banget nangis. Tapi, sekarang lo nangis. Karena Ray. Lo mau kalah sama dia?"

Zoya menggeleng-gelengkan kepala. Termenung sejenak sebelum akhirnya kembali menatap Jaya dan Andra. "Apa menurut kalian, gue jahat?"

Baik Andra maupun Jaya sama-sama menggelengkan kepala mereka.

"Lo adalah Zoya tangguh yang kami kenal." Andra mengacak rambut Zoya gemas membuat empunya menatap garang karena tatapan rambutnya dirusak.

"Dengerin gue," ucap Jaya membuat Andra dan Zoya menatapnya. "Orang yang sayang sama lo hanya akan menatap lo dari sisi baik lo aja. Karena mereka, lo jadi tahu kelebihan lo. Sementara orang yang benci dan gak suka sama lo cuman akan ngeliat lo dari sisi buruk lo. Tapi, berkat mereka lo jadi tahu apa yang perlu lo perbaiki dalam hidup lo. Itu lah sebabnya, sesempurna apa pun kita, Tuhan cuman berikan dua pilihan buat orang lain milih untuk melihat kita dari sisi baik dan buruk. Orang yang sayang dan benci sama kita ibarat cerminan dalam hidup."

Andra merangkul Jaya penuh semangat. "Temen gue nih. Btw, kok lo bisa jadi bijak gini? "

"Google," jawab Jaya kalem membuat Andra menatap sewot.

"Gue ngerti." Zoya tersenyum kian lebar. "Makasii, Jaya. Setelah sekian lama kita berteman, baru sekarang lo ada gunanya."

"Heh?"

Zoya dan Andra tertawa kemudian mereka bertiga segera ke kelas dengan suasana hati Zoya yang lumayan membaik.

Ketika sampai di kelas, ia disambut tatapan khawatir Mike. "Lo baik-baik aja 'kan?"

Zoya masih mengulas senyum. "Santai."

Mike ikut tersenyum. Namun, sekian lama kelas berlansung. Berbagai macam sindiran datang dari teman-teman kelasnya kecuali Andra, Jaya, dan Mike yang berusaha Zoya abaikan.

Terlebih dari Ray yang berulang kali melakukan tos ria dengan Novi membuat hatinya seperti tersayat.

*

Sepeda Ray dan Mike bertemu di depan gerbang rumah Aldi. Mike yang mengantar Zoya hanya bisa tersenyum pada Ray yang juga mengantar Sonia.

"Sebentar, ya. Aku ganti baju dulu," ucap Zoya pada Mike membuat laki-laki itu mengangguk pelan.

Zoya sendiri bergegas masuk rumah. Menemukan Lira yang tengah mengobrol dengan seseorang melalui sambungan telpon.

Lira menatap bengis pada anak tirinya yang menjulurkan lidah mengejeknya.

REDUPHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin