Chapter 15 | Sebuah Peringatan

67 13 8
                                    

Haii guaisss!! Hari ini aku ultah lohh!! Sumpah meskipun gua udh gak ngerayain ultah, tapi orang terdeket gua ngucapin semua. Kayak baik banget mereka. Tp gua yakin mereka gak bakal baca ini sih. Makasih teman2 laknat kuhh😁

Oh iya buat kalian para readers kuh makasih juga yah, secara gak langsung kalian baca cerita ini buat gua seneng banget ampe mo meninggoy. Tapi mungkin gua gak pernah nunjukin aja karena gua emang gak mau orang tau identitas asli gua. Makasih banget buat kalian pokoknya lup yu😘.

Dan juga jangan putus asa kalo kalian emang lagi ada masalah. Tetep semangat. Buat kalian mungkin ada author disini. Inget aja kesuksesan pasti bakal dateng. Entah itu kapan. Kalo kalian belum dapet mungkin emang belum rejekinya sampe. Jadi mangat!!😊

HAPPY READING😊

Kemudian ia sedikit menjauhkan wajahnya, dan kembali menyesap rokok ditangannya sambil tangan kirinya menompang tangan satunya

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Kemudian ia sedikit menjauhkan wajahnya, dan kembali menyesap rokok ditangannya sambil tangan kirinya menompang tangan satunya. Belum sempat menghembuskan asap tersebut, tangannya langsung dicekal oleh Baztian dengan sangat erat. Hingga Roze bisa melihat kuku jarinya memutih.

"Gak usah SOK dan CARI PERHATIAN kalo didepan geng gua. Asal lu tau, tingkah lu yang banyak gaya itu menganggu dan gak menarik! Sama sekali. Lu justru akan bikin malu diri lu sendiri nantinya." Ujarnya semakin mengeratkan cekalannya itu. Tatapan matanya sangat garang, tapi Baztian merasa kenal dengan tatapan mata ini. Mirip dengan orang yang ia kenal dulu. Apalagi tatapan pasrah, sengsara, menderita, semua terkumpul menjadi satu disana. Dugaannya masih belum pasti, tapi itu membuka kembali memorinya.

"Mampus!! Dilabrak Baztian kan lu!" Gumam Julvern.

Roze diam beberapa detik, tapi secara tiba tiba dia menghembuskan semua asap rokok itu menerpa ke wajah Baztian. Wajah tampan yang paling dipuja dengan siswi siswi disekolahnya. Dan tanpa rasa takut, Roze menodai wajah tampan itu dengan asap rokoknya.

Seketika Baztian langsung memejamkan matanya sembari mengeraskan rahang karena kesal. Berusaha menahan amarah didalam sana. Julvern, Jefri, dan Diego yang melihat itu terkejut. Apalagi Jefri yang hebohnya sambil memukul pundak Diego. Dan Austin, percayalah dia tak peduli.

"Anjir!! Je, lu gila asepin mukanya Baztian!!" Heboh Jefri sambil memukul Diego.

"Wahhh, mati lu abis ini." Sahut Diego.

"Anjing nih cewek!!" Umpat Julvern sambil melangkah maju bermaksud menghampiri mereka berdua. Tapi niatnya, langsung dicegah dengan isyarat tangan dari Baztian.

Setalah asap yang sudah menghilang dari sana, Baztian membuka matanya kembali. Tatapannya semakin tajam, membara dalam api. Dia seakan ingin membunuh Roze detik ini juga.

Tapi itu tak membuat Roze takut. Akal dan pikirannya hilang jika dia merasa tertekan seperti ini. Itu juga yang membuatnya merokok sebagai cara untuk menenangkan dirinya.

Cekalan tangannya masih seperti tadi, Baztian tampak tak ingin melepaskan itu. Roze lalu mengubah arah ujung rokok yang terbakar itu kearah wajah sang bos XentrikZone. Sebenarnya apa yang ingin Roze lakukan? Tampaknya dia tidak sadar dengan perbuatannya itu.

XentrikZone✔Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt