23. Misi

182 19 7
                                    

Suara riuh anak-anak Regaz yang sedang bercanda tawa terdengar keras sampai parkiran BR. Alunan musik yang diputar menambah keramain di tengah gelapnya malam. Lampu-lampu di sepanjang jalan pun mulai menyala—menerangi semesta.

Cowok Jawa berkulit sawo matang sedikit busuk yang bernama Ucup Marucup berjoget gembira di depan teman-temannya. Dengan penuh percaya diri menggoyangkan badan ke kanan dan ke kiri mengikuti irama. Billi yang tadinya hanya melihat, lama-kelamaan tergiur bergabung dengan Ucup, bahkan mengajak adik kelasnya untuk ikut bergoyang.

Semakin banyak pasukan joget, Ucup semakin menjadi-jadi. Cowok itu naik meja sembari memegang botol minum yang digunakan sebagai mikrofon.

"Ayo semuanya samakan gerakkan," teriak Ucup. "Kanan, kiri, kanan, kiri, kanan, kanan, kanan, kiri," perintahnya seirama dengan musik. Tidak lupa tangannya bergerak ke kanan dan ke kiri mengikuti perintah. "Sudah siap semuanyaaa?"

"SIAP," seloroh anak-anak Regaz bersemangat. Dari kelas X sampai kelas XII bercampur menjadi satu.

"One, two, three ...."

"Kala kupandang kerlip bintang nun jauh di sana. Sayup kudengar melodi cinta yang menggema ...."Suara pas-pasan Ucup mulai menggelegar menyanyikan lagu Kopi Dangdut.

"Terasa kembali gelora jiwa mudaku. Karena tersentuh alunan lagu .... semerdu apa?" teriak Ucup sembari mengarahkan mikrofon jadi-jadian ke arah pasukan jogetnya.

"KOPI DANGDUT," sahut mereka kompak.

Lagu demi lagu terus dinyanyikan. BR yang biasa disebut kandang singa, sekarang terlihat seperti kandang waria yang asyik bergoyang bersama biduan abal-abal.

Dua jam berlalu. Setelah puas berjoget berjamaah, mereka berpindah ke warung Bang Joy untuk membeli makanan sambil nongkrong santai. Karena bernyanyi dan bergoyang ternyata lumayan menguras tenaga.

"Udah puas, Cup?" tanya Rajawali yang sedari tadi menggeleng-gelengkan kepala. Dia benar-benar dibuat kaget melihat semangat Ucup menyanyi di atas meja sambil bergoyang. Bukannya mirip penyanyi-penyanyi terkenal di atas panggung, tetapi Ucup lebih mirip seperti orang kerasukan setan.

"Belum, Bos. Tapi perut gue udah keroncongan," balas Ucup ngos-ngosan. Deru napasnya masih belum teratur—seperti orang habis lari maraton. "Lo mah enggak ikutan, padahal asyik banget. Tapi bikin lelah juga, sih."

Di malam yang ramai ini, wajah cowok-cowok tampan Regaz bersemu merah. Keringat mengalir dari dahi sampai ke leher, belum lagi jakun yang bergerak naik turun ketika menenggak air. Sungguh pemandangan indah. Namun sayang, keindahan itu tidak akan bisa dilihat oleh para cewek, karena gerbang Regaz sudah ditutup rapat serapat-rapatnya.

"Ya udah tinggal pesen makanan aja yang banyak, biar energinya keisi lagi," ujar Rajawali memberi saran pada Ucup.

"Lo yang bayarin?" tanya Ucup dengan binar bahagia.

"Ya enggaklah. Masa lo yang makan gue yang bayar, rugi dong," ujar Rajawali sambil terkekeh.

"Biar gue aja yang bayar, Cup," ujar Anwar yang sedang mengipasi badan dengan tangan.

Ucup berdiri sambil menggebrak meja. "Beneran?"

"Iya, tapi pake uang lo," balas Anwar santai menaik turunkan alisnya.

RAJAWALIWhere stories live. Discover now