21. Ajakan Salwa

161 17 12
                                    

"Selamat pagi, anak-anak," sapa Bu Ronda mengawali kegiatan belajar di pagi hari.

Otomatis siswa-siswi XI IPA 3 menjawab dengan kompak. Bahkan ada yang sengaja mengeraskan suara—terkesan ngegas.

"Sebelum lanjut ke materi berikutnya, saya akan membacakan hasil ulangan kalian kemarin." Bu Ronda mengeluarkan lembar jawab yang ada di map. "Tapi, saya mau tanya dulu. Ucup kemarin nyontek sama siapa?"

Ucup yang tadinya sedang bercanda tawa dengan Tino, langsung dibuat kicep di tempat. "Memangnya kenapa, Bu?" tanya Ucup ragu.

"Nilai kamu paling tinggi, bahkan mengalahkan Arkan dan Dodo. Awalnya saya kira kamu nyontek Rajawali, tapi setelah saya liat kembali, nilai Rajawali lebih rendah."

"Kok anjing yah," gerutu Rajawali menatap Ucup yang sedang tersenyum girang.

"Sepertinya kamu memang belajar keras sendiri. Jadi saya ucapkan selamat untuk Ucup. Ayo semangat terus, kalau nilai kamu bagus, kan, saya juga ikut senang."

"Baik, Bu. Terima kasih."

"Ucup dapet berapa, Bu?" tanya Anwar penasaran.

"Sembilan puluh delapan. Arkan dan Dodo saja hanya sembilan puluh. Ini merupakan kemajuan yang sangat luar biasa untuk Ucup," balas Bu Ronda tidak henti-hentinya tersenyum senang memuji Ucup Marucup.

"Kalau Rajawali?"

"Enam puluh. Jadi selain Arkan, Caca, Dodo, dan Ucup, semua remedi."

Diam-diam Ucup menghampiri meja Rajawali lalu menggoyang-goyangkan tangan cowok itu sambil berkata, "Makasih banget, Bos. Maaf kemarin sempet su'udzon lo ngerjainnya asal. Gak nyangka lo baik banget, sampe rela nilai lo lebih rendah dari gue."

Rasanya Rajawali ingin meninju temannya ini. Tidak tahu saja Rajawali sedang menahan emosi mati-matian. Bagaimana mungkin jawaban asalnya kemarin malah mendapat nilai sembilan puluh delapan? Ah, Rajawali jadi sedikit menyesal membantu Ucup.

Dengan senyum yang sangat dipaksakan Rajawali membalas, "Santai, gue mah gitu orangnya. Kalau baik gak kira-kira."

Ucup terkekeh mendengar kesombongan sang ketua Regaz. "Nanti gue traktir samyang dua porsi deh."

"Nah gitu dong. Itu baru simbiosis mutualisme." Seketika suasana hati Rajawali membaik saat mendengar jerih payahnya kemarin dibalas dengan samyang.

Bel pengumuman yang mirip seperti di stasiun kereta api berbunyi. Lalu disambung suara seseorang.

"Pengumuman. Untuk seluruh ketua kelas berkumpul di depan ruang guru. Terima kasih."

"Ja, lo yang ke ruang guru," titah Dodo selaku ketua kelas.

Rajawali mengernyit bingung. "Kenapa?"

"Kalau ada wakil, kenapa harus ketua?" tanya Dodo sembari terkekeh. "Sekali-kali lo yang gue suruh. Biar keliatan berguna, enggak cuma numpang nama."

"Wihhh! Sekate-kate dia, Bos. Udah berani kayaknya," ujar Billi pada Rajawali.

"Dodo sekali ngomong langsung jlep ke tulang belakang," celetuk Galen sembari memegang dadanya.

Tanpa ikut menimpali lagi, Rajawali berjalan ke depan untuk pamit pada Bu Ronda.

"Kamu wakil ketua kelasnya? Tidak salah?" tanya Bu Ronda tampak terkejut.

"Memangnya kenapa?"

"Heran saja, murid bandel yang selalu bikin onar ternyata seorang wakil ketua kelas."

Dodo yang mendengar itu langsung berkata, "Ibu belum tau saja siapa Rajawali."

"Siapa yang tidak tau murid bandel ini? Bahkan satu sekolah juga tau, Do. Jangan terus membela dan membaik-baikkan Rajawali."

RAJAWALIWhere stories live. Discover now