20. Makan Bareng

188 18 31
                                    

Rajawali dan Salwa memakan sandwich bersama di taman, di bawah pohon rindang dan ditemani angin sepoi-sepoi. Jika dilihat, mereka seperti sepasang kekasih yang sedang memadu kasih. Namun, kenyataannya bukan! Atau mungkin belum? Mari doakan saja yang terbaik.

Setelah selesai, Rajawali mengajak Salwa untuk makan bersama di kantin Bule. Seperti biasa, cowok itu tidak menerima penolakan.

"Raj, kamu sendiri aja deh. Aku mau ke kelas," ujar Salwa masih mencoba menolak.

"Kenapa? Malu yah kalau deket gue? Segitu gak pantesnya gue buat lo, Sal?" Entah mengapa Rajawali tiba-tiba terpancing emosi saat Salwa terus berusaha menolak. Tetapi, luar biasanya cowok itu sekarang bisa berusaha mengendalikan emosi. "Lo malu jalan bareng sama cowok kayak gue? Yang bisanya keluar masuk ruang BK dan selalu bik—"

Jari telunjuk mungil Salwa menempel di bibir Rajawali. Membungkamnya supaya tidak terus merendahkan diri. "Aku enggak suka yah kamu jelek-jelekin diri sendiri. Iya, bener, aku malu saat deket sama kamu." Salwa memberi jeda, dan itu membuat Rajawali terkejut mendengarnya. "Karena aku yang enggak pantes buat kamu, Raj."

Perlahan tapi pasti, Rajawali meraih tangan Salwa. Menggenggam lembut dan menyembunyikan di balik telapak tangan besar hangatnya.

"Aku itu enggak pantes temenan sama kamu. Kita itu beda, Raj, bahkan beda banget. Pertama, kamu kaya dan aku miskin."

"Berarti saling melengkapi dong. Lagipula pertemanan versi gue enggak mandang miskin atau kaya," balas cowok itu santai.

"Raj, bukan itu aja ...."

"Sal, jangan dengerin omongan jelek mereka tentang kita. Gue yang ngejalani dan ngerasain, selagi gue nyaman, kenapa mereka yang repot coba?"

Salwa menggelengkan kepala dengan wajah polosnya.

"Bodo amat itu perlu, Sal. Bahkan serang balik kalau mereka keterlaluan. Lo harus kuat hadapin dunia ini yang keras, dan jangan mau ditindas." Rajawali menyelipkan rambut Salwa ke belakang telinga dengan jari telunjuknya. "Sekarang mau ikut gue ke kantin?"

"Sekalian aja ajak ke KUA, Bos! Biar langsung sah," teriak Anwar membuat Salwa dan Rajawali menengok. Ternyata teman-teman Rajawali sedang berkumpul di pinggir taman menyaksikan mereka, bahkan Alita pun ada.

"Yah jadi blushing dah si Raja keciduk sama kita," ujar Ansel tertawa lepas.

"Sembarangan, gue gak gitu yah! ANTI!" balas Rajawali berteriak tidak terima. "Emang gue cewek, blushing-blushing. Ya, kan, Sal?"

"Em ... muka kamu sekarang emang lumayan merah-merah gitu, sih." Mendengar balasan Salwa membuat Rajawali mati kutu di tempat, karena malu.

Mata Alita memanas menyaksikan itu semua, dan ada rasa sesak di dadanya. Tidak mau lama-lama berdiri bersama teman-teman Rajawali, Alita memilih pergi menuju kelas.

"Cemburu dia. Saking gak kuatnya lari dari kenyataan pahit di depan mata," kekeh Galen memandang kepergian Alita.

"Dillah cukur bulus. Alhamdulillah, syukur, mampus! Biar enggak nempel mulu tuh si Alita sama Rajawali," ujar Ucup dengan binar senang.

"Bulus dicukur, emang punya rambut?" tanya Tino heran.

"Diem deh, suka-suka gue."

"Bilang aja iri, gak ada yang ngejar-ngejar lo kayak Alita ngejar Rajawali," ujar Galen menggoda Ucup.

"Kamu, Mas, jujur banget kalau ngomong," balas Ucup sambil pura-pura menangis senggukan.

Mereka terus asyik ketawa-ketiwi, sampai tidak sadar Rajawali sudah pergi dengan Salwa ke kantin.

RAJAWALIWhere stories live. Discover now