4. Lawan Balik

405 42 83
                                    

Bau khas rumah sakit sudah tercium jelas di hidungnya. Dia masih berdiri mematung, tatapnya hanya fokus satu titik. Memandang cowok yang terbaring lemah. Mata cowok itu masih terpejam. Banyak alat yang terpasang pada tubuhnya. Wajah itu terlihat sangat damai, namun terlihat jelas, banyak luka di sekujur tubuh.

Rajawali memutuskan segara masuk ke dalam ruang rawat Jian. Ya, yang dari tadi berdiri mematung di depan itu Rajawali. Dia ragu masuk atau tidak, tetapi akhirnya memutuskan untuk masuk.

Rajawali duduk di samping Jian. Tanpa dia sadari, setetes air mata jatuh membasahi pipinya. Rajawali tidak tega melihat kondisi Jian saat ini, sangat memprihatinkan.

"Gue minta maaf. Gue bener-bener nyesel kemarin nggak bantuin lo. Gue emang ketua yang nggak bertanggung jawab," ujar Rajawali lirih.

Tidak ada respons.

Rajawali menggenggam tangan Jian. "Buka mata lo, Kak! Banyak yang lagi nungguin lo sadar dan bisa kumpul bareng Regaz lagi."

Mata Jian masih tertutup rapat, namun dia mengeluarkan air mata.

Hal itu mampu membuat Rajawali mencetak senyum manis di bibir. "Gue tau Kak, lo denger semua omongan gue. Ayo cepet bangun! Jangan biarin banci-banci itu tertawa riang terlalu lama, gara-gara lo berhasil dikalahin dan sekarang terbaring lemah gak berdaya."

Rajawali mengusap air matanya. "Cepet sembuh, Kak. Gue pamit dulu."

Saat Rajawali keluar dari ruangan, dia tak sengaja menabrak bahu seseorang.

"Lo."

"Kak Jean?"

"Ngapain lo di sini? Mau bikin adik gue tambah sakit?"

"Gue cuma jenguk, pengin tau keadaannya gimana."

"Gak usah sok peduli, gue muak sama kepura-puraan lo."

"Tap—" Belum selesai Rajawali bicara, Jean lebih dulu melenggang pergi.

Sabar Ja, yang penting sekarang lo fokus masalah ini dulu.

Tidak mau membuang waktu, Rajawali cepat-cepat bergegas meninggalkan rumah sakit.

°°°°

Tempat ini mengingatkan kembali pada kejadian sembilan bulan lalu, ketika Rajawali datang dan menghajar semua orang sampai tak berdaya. Waktu itu dia seperti hewan ganas yang keluar dari kandangnya dan membabi buta. Tanpa diduga ... itu akan terulang lagi detik ini juga.

Markas Bridal. Ya, di sini Rajawali berada. Dia datang sendiri tanpa ada rasa takut. Anak-anak Bridal yang tadinya sedang berbincang dan bercanda tawa, seketika mereka menghentikan aktivitasnya.

"Widih, kita kedatangan tamu, Bro," ujar Gibson. Dia wakil ketua Bridal.

Rajawali berjalan dengan angkuh. Melihat jumlah lawan yang cukup banyak, tidak membuatnya takut.

"Mau ngapain lo ke sini?"

"Kalau gue bilang mau habisin kalian gimana?"

"Nantangin dia, ha ha ha." Mereka tertawa terbahak-bahak—tepatnya tawa dibuat-buat. Jijik banget! Bagus juga enggak.

"Berisik lo banci! Lupa, ya, sembilan bulan lalu kalah di kandang sendiri?"

"Udah bosen hidup? Sampe nyerahin nyawa ke kadang macan?" Gibson berjalan angkuh mendekat Rajawali. Terlihat jelas dia sangat meremehkan lawannya.

"Harusnya gue yang bilang gitu. Udah bosen hidup, ya? Sampe cari masalah sama Regaz?" Rajawali menaikkan satu alisnya. "Gak takut gue kalau ke kadang macan, tapi macannya banci semua kayak kalian," ujarnya lagi sambil terkekeh.

RAJAWALIWhere stories live. Discover now