25. Yes or No

191 18 17
                                    

Bu Cia berhenti di depan toilet dan melepaskan telinga Rajawali. "Kamu tunggu di sini sebentar, ya. Saya mampir ke toilet dulu," kata Bu Cia sembari berjalan masuk. "Awas kalau kamu kabur!" peringatnya sedikit berteriak.

Rajawali hanya mendengus kesal. Teringat acara menembak Salwa saja gagal total, sekarang malah disuruh menunggu di depan toilet–sungguh menyebalkan.

"Ketua Regaz abis nembak cewek langsung dibawa ruang BK, malu-maluin," celetuk cowok yang sedang berjalan ke arah Rajawali dengan terkekeh mengejek.

"Eh, ada orangnya," ujarnya berpura-pura terkejut melihat Rajawali.

"Lagian lo belagu banget, Ja. Sadar diri dong, cewek pinter kayak Salwa mana mau sama anak berandal kayak lo?"

Rajawali masih menutup matanya. Meredam semua emosi yang bisa saja meledak tiba-tiba.

"Sukanya bikin onar, ngarepnya pacaran sama orang yang benar. Harusnya sama Helya aja, entar jadi pasangan pembuat onar. Cocok banget, kan?"

Tanpa basa-basi, Rajawali meninju Garet Gauzan–cowok yang sedari tadi memancing emosinya.

Garet tersungkur ke lantai. Amukan tiba-tiba Rajawali membuatnya tidak bisa menghindari. Namun, Garet juga dengan cepat berdiri dan meninju balik Rajawali.

Tepat sasaran! Tetapi itu tidak membuat sang ketua Regaz tumbang ke lantai.

Tiga detik beradu pandang, Rajawali dan Garet sama-sama maju untuk menghajar satu sama lain. Baku hantam pun dimulai.

"Lah lah lah. Gimana ceritanya anak dibawa ke ruang BK malah berakhir berantem kayak gitu?" tanya Ucup terheran-heran. "Mana di depan toilet guru."

"Baku hantam mah enggak mandang tempat, Cup," sahut Ansel di belakangnya.

Galen mendorong Anwar. "Ya buruan dipisahin, kok malah diliatin aja."

Anwar melirik tajam pada Galen. "Siapa lagi yang berani kalau bukan lo?" tanya Galen diakhiri senyuman kecil.

Ketika Anwar beranjak mengahampiri Rajawali, Bu Cia lebih dulu datang untuk melerai mereka dengan suaranya yang menggelegar. Tetapi, tidak bisa. Yang ada Bu Cia terjungkal karena tidak sengaja terdorong oleh Garet.

Akhirnya wakil ketua Regaz pun bertindak memeluk sang ketua Regaz dari belakang. "Udah, Ja. Lo kayak gini malah nambah masalah," ujar Anwar menasihati.

Sontak Rajawali menghempas tubuh Anwar dengan kasar. Lalu berjalan lebih dulu ke ruang BK.

Anwar anak yang baik, membantu Bu Cia berdiri. Ketika Bu Cia akan meneriaki Rajawali, Anwar lebih dulu berkata, "Sabar, Bu. Jangan marah-marah terus, entar cantiknya makin luntur."

"Rajawali itu ke ruang BK kok, jadi enggak usah khawatir bakal kabur," ujar Anwar lagi pada Bu Cia.

Bu Cia mengangguk paham dan langsung menjewer telinga Garet untuk dibawa ke ruang BK.

"Emang harus meluk-meluk gitu ya, Nwar? Gak ada cara lain buat misahinnya?" tanya Billi yang sudah menghampir Anwar.

"Tau tuh, geli sendiri gue liatnya," timbrung Tino.

"Suka-suka gue dong," ujar Anwar disertai kekehan. "Udah ayo kita susul Rajawali aja."

Sedang di ruang BK, introgasi sudah dimulai. Tetapi Rajawali hanya diam saja seperti biasanya. Katanya, percuma kalau dijawab, toh semua pernyataan Rajawali tidak pernah dipercaya oleh guru-guru.

"Baik, saya putuskan. Kalian harus mencabuti rumput yang ada di kebun sekolah dan saya akan panggil orang tua kalian."

"Kenapa harus panggil orang tua, Bu?" Akhirnya Rajawali mengeluarkan suara.

RAJAWALIWhere stories live. Discover now