22. I Need You

191 19 21
                                    

Sesuai rencana di sekolah, pulangnya Salwa ikut Rajawali ke taman—tempat di mana mereka berdua saling mengenal dan membuat Rajawali percaya, orang yang seperti ibunya masih ada. Dan sekarang ada di hadapannya. Tersenyum indah mengerjakan soal-soal rumit seperti kehidupan Rajawali.

"Sal," panggil Rajawali tak henti menatap muka Salwa.

Salwa hanya bergumam. Bahkan soal Sejarah Indonesia terlihat lebih menarik daripada cowok tampan yang berada di depannya.

Rajawali tersenyum miris. Bagaimana mungkin daya tariknya kalah dengan soal menyebalkan itu? "Masih marah?"

"Enggak. Soal-soal ini bikin mood-ku membaik."

What the hell?! Rajawali menganga tidak percaya dengan jawaban Salwa.

"Nih, pelajari lagi. Jawaban yang salah tadi udah aku betulin, kok." Salwa menyodorkan buku tulisnya. Sampai lima detik, Rajawali belum juga menerima. Membuat Salwa menatap cowok itu. "Raj?"

"I'm sorry." Rajawali menatap lembut. Mata elang yang biasa menatap tajam, kali ini terlihat sendu. "Don't be angry. I'm just kidding."

Ungkapan tulus itu mampu membuat Salwa luluh, cewek itu kembali tersenyum. "It's oke. Lain kali jangan ngeselin," ujar Salwa yang langsung dianggukki Rajawali. "Sekarang fokus belajar lagi. Sejarah itu mudah, asal kamu mau baca."

"Oke. Besok-besok kalau ada ulangan gue bakal bawa buku biar bisa baca."

Salwa menyipitkan matanya.

"Bercanda, Sal," ujar Rajawali cengengesan.

"Bercandanya gak lucu! Tapi jawaban kamu tadi cuma salah dua, apa sebenernya kamu emang bisa?"

"Cuma kebetulan kali, Sal. Gue tadi juga asal kok ngerjainnya."

Salwa menatap menyelidik, seolah sedang mencari kebohongan di mata Rajawali. Salwa tidak percaya jawaban itu hanya kebetulan ataupun asal, dia sangat yakin Rajawali sebenarnya bisa, tetapi tidak mungkin juga Rajawali selama ini pura-pura bodoh.

"Masih betah mandangin muka tampan gue?" goda Rajawali sembari menaik turunkan kedua alisnya.

Sontak Salwa langsung mengedarkan pandangannya ke lingkungan sekitar. Salwa gugup. Rasanya seperti maling yang ketahuan mencuri saja.

"Kok beres-beres, sih?"

"Belajarnya besok lagi aja. Gue mau bawa lo ke suatu tempat."

"Ke mana?" Salwa hanya melihat Rajawali memasukkan buku-buku dan alat tulis ke dalam tas, bahkan cowok itu juga membereskan peralatan Salwa.

"Ibu. Mau gue kenalin?"

Salwa menahan senyumnya. Dikenalkan dengan orang tua Rajawali? Ah, rasanya Salwa senang sekali. Padahal hanya teman, tapi mengapa seolah dianggap orang spesial? "Mau," jawabnya girang.

"Ayo," ajak Rajawali mengulurkan tangannya pada Salwa yang langsung disambut.

Mereka berdua seperti sepasang kekasih yang sedang berjalan menyusuri taman untuk menuju motor Rajawali. Tangan hangat dan besar Rajawali menggenggam erat tangan mungil Salwa, seolah tidak mau kehilangan. Senyum dan tawa mereka menambah kesan bahagia—sungguh indah dipandang mata.

"Lo tau, Sal?" tanya Rajawali di tengah-tengah tawanya.

"Apa?"

"Lo itu satu-satunya cewek yang pengin gue jauhin, pengin gue musuhin, tapi enggak bisa."

"Kenapa?"

"Enggak tau. Saat lo nolongin gue sampe kontak fisik pun, gue enggak marah. Padahal gue kan anti banget sampe pegangan tangan kayak gini sama cewek." Rajawali mengangkat tangannya yang masih menggenggam tangan Salwa. Sontak Salwa langsung melepas genggaman itu.

RAJAWALIWhere stories live. Discover now