26. Kidnapped

1.4K 287 8
                                    

“I don’t want to survive. I want to live.”

(The Captain - Wall-E)

__________

"Viona dimana?" Mal menerobos masuk ke dalam gua. Pandangannya mengedar sambil terus memanggil adiknya. Pikirannya sudah tidak nyaman ketika melihat raut terperangah juga kebingungan mereka yang ada di sana.

"Bukankah Yang Mulia membawa Putri untuk bersembunyi?" Moneto yang berdiri tak jauh dari Laviona menyeletuk keheranan.

"Apa?" Mal berbalik menghadap Moneto. Matanya melotot dan rahangnya menegang. Bersamaan dengan itu, Mal mengangkat satu telapak tangannya menyentuh bahu Moneto, membaca pikiran pria tua itu mengenai apa yang terjadi. Merasa mendapat kejelasan yang membuatnya bagai tersambar petir, Mal seperti kehilangan tenaga, dadanya mencelos. "Tidak."

"Yang Mulia, ada apa?" Moneto yang cemas melihat Mal, mengampiri lelaki itu.

"Kuda! Bawakan aku kuda!" seru Mal pada semua yang mendengar.

"Apa ..."

"Aku minta kudaku!" seru Mal sekali lagi, telah kehilangan kesabaran.

Moneto sadar tidak mampu membantah. Ia pun segera menyuruh seseorang untuk mengambilkan kuda milik Mal.

"Seseorang yang kalian pikir aku, yang membawa adikku pergi, itu bukan aku," ucap Mal bertepatan dengan kudanya yang telah berdiri di hadapannya. Kalimatnya itu berhasil membuat siapapun yang mendengar terkejut bukan main.

"M-maksud Yang Mulia?" Moneto bertanya tidak percaya. Tubuhnya mendadak kaku.

Mal meloncat naik ke atas kuda. Tanpa peduli pada pertanyaan Moneto, ia berucap, "Kaum Aquaxythm tidak mengincar kita. Mereka tidak akan kemari lagi karena telah mendapatkan adikku, apa yang mereka inginkan. Sekarang, kerahkan sebanyak mungkin orang untuk mencarinya. Beri tahu berita ini pada Pangeran Keyzaro!"

***

"Apa yang kau lakukan terhadap semesta?!" Seorang pria dewasa, tidak terlalu tua namun tidak juga muda, membentak dalam posisi berdiri dari yang sebelumnya duduk di singgasana.

Laviona diam tidak menjawab. Karena jujur saja, ia sedikitpun tidak mengerti apa yang pria itu bicarakan.

"Aku bertanya padamu!"

"Aku tidak tahu." Akhirnya, Laviona menjawab dengan suara serak nan lesu.

Zrats!

Laviona kontan memejamkan matanya erat saat sengatan listrik menyakitkan terasa menyengatnya. Ini sudah terjadi entah yang keberapa kalinya. Darah dari luka di lehernya sudah mengalir membasahi lehernya di saat perban itu sudah tidak ada di sana. Laviona hampir tidak memiliki tenaga lagi untuk berteriak menahan sakit. Ia merintih pelan sambil mengatupkan giginya, hanya mampu menjerit di dalam hati, memanggil Mal dan Key yang sudah pasti tidak akan berhasil.

Akhirnya tubuh Laviona tumbang. Dalam keadaan kaki dan tangan yang terikat di belakang tubuhnya, Laviona memejamkan matanya dengan tubuh bergetar. Air matanya mengalir, sadar betul akan takdir yang tidak pernah memberinya kesempatan bahagia tanpa bayang-bayang ketakutan.

Namun seperti apa yang terjadi sebelum-sebelumnya, dua orang pria yang berdiri di belakangnya kembali menarik kedua lengan Laviona, menyentaknya memaksa perempuan itu kembali pada posisinya. Berlutut dengan tangan terikat di belakang dan wajah menatap raja mereka.

Nightmare [Completed]Where stories live. Discover now