37. The Flower

1.1K 248 19
                                    

“Goodbyes make you think. They make you realize what you’ve had, what you’ve lost, and what you’ve taken for granted.”

– Ritu Ghatourey.

__________

Laviona melangkah mundur perlahan. Tubuhnya bergetar, matanya mengedar dengan sorot ketakutan.

Mimpi buruk itu datang lagi. Laviona harus melihat lagi pembantaian itu di depan matanya. Melihat bagaimana orang-orangnya bertarung tanpa kesiapan, sebanyak apa orang-orang di pihaknya yang telah tumbang, tewas dengan tubuh bersimbah darah.

Mereka jelas kalah jumlah. Bagaimana mungkin satu orang dari pihaknya melawan setidaknya dua atau tiga orang dari pihak lawan? Ini tidak masuk akal. Seseorang pastilah pengkhianat di antara mereka selama ini.

Atau tidak.

Siriande begitu tersembunyi. Mereka tak mungkin menemukan keberadaan tempat ini. Dan menurut yang Laviona dengar, Ralos berhasil masuk sebagai pengalihan ke istana Nimlasyr tanpa diketahui, meski akhirnya ia dibunuh. Jika ada mata-mata atau pengkhianat di antara mereka, Ralos sudah pasti dibunuh pada detik pertama dia melihat raja.

Kalau begitu mungkinkah ... jiwa Sang Kegelapan Bonaventura sudah bangkit?

"Laviona, kumohon."

Lalu ia menoleh pada Keyzaro tak jauh dari tempatnya. Laki-laki itu menatap Laviona dengan tatapan dalam dan sulit diartikan.

"Mereka butuh sihirmu," tukas Keyzaro lagi.

"Sudah kucoba." Laviona menggeleng kuat. "Aku tidak bisa."

"Kau bisa!" seru Keyzaro yakin. "Percaya pada dirimu sendiri!"

"Aku—" Laviona menghentikan ucapannya. Matanya beralih pada sosok pria besar yang berjalan cepat mendekati Keyzaro dari belakang, mengayunkan pedangnya tanpa Keyzaro ketahui, membuat Laviona terbelalak. "AWAS!"

Keyzaro masih berdiri di tempatnya. Di belakangnya, pria berbadan besar masih bergerak, menembus pedangnya ke dada lelaki itu.

Laviona memekik. Ia mundur, menjatuhkan dirinya di tanah dan menutup wajahnya.

"Laviona, tidak apa-apa." Suara lembut itu mengalihkan kembali perhatian Laviona, mendongak menatap lelaki yang berdiri di depannya. "Aku di sini."

"Keyzaro?" heran Laviona.

Diliriknya lagi tempat di mana sosok pria besar menusuk dada laki-laki itu. Namun tempat itu bersih. Tak ada darah, bahkan sosok pria seram itu pun tidak ada. Saat itulah Laviona baru menyadari, bahwa sesuatu yang janggal tengah terjadi.

Waktu seolah berhenti. Orang-orang yang semula saling membunuh, diam di tempat. Pedang yang teracung tertahan di udara, dan sihir-sihir yang melesat ikut berhenti.

"Kau bisa," suara Keyzaro kembali terdengar. "Lihat. Kau bisa melakukannya."

"A—apa yang terjadi?" Laviona bertanya dengan mata yang membuka lebar. "Aku melihatmu tertusuk!"

"Hanya ilusi. Ciptaanku sendiri," balas Keyzaro. "Aku membuktikan padamu, kau bisa menggunakan sihirmu. Jika barusan bukanlah ilusi, kau telah menyelamatkanku."

Laviona terdiam, menatap Keyzaro masih dengan tatapan tidak percayanya.

"Kau menghentikan waktu dan menyelamatkanku. Kau bisa melakukan hal yang sama pada mereka."

"Tapi aku tak bisa mengendalikannya."

"Itu jugalah yang kupikirkan dulu sebelum aku mencoba dan bertekad." Keyzaro mengganggam kedua bahu Laviona. "Tidak ada yang mustahil jika kau punya keyakinan, Laviona."

Nightmare [Completed]Where stories live. Discover now