15. The Hidden Secret

2.4K 399 3
                                    

"You control your destiny - you don't need magic to do it. And there are no magical shortcuts to solving your problems."

(Merida - Brave)

__________

"Oh, Yang Mulia!" Seorang pria tua buru-buru bangkit dari duduknya dan membungkuk di hadapan Malachy dan Laviona yang mengernyit heran, sementara Keyzaro membuat tubuhnya tidak terlihat untuk sekarang.

Laviona mengedarkan pandangannya ke sekitar. Tempat mereka berada saat ini adalah sebuah gua tersembunyi dengan hanya beberapa obor di dinding-dindingnya sebagai penerangan. Jelas sekali ini adalah tempat persembunyian.

"Saya tidak tahu jika Anda akan datang secepat ini." Lalu kedua mata abu-abu lelaki tua itu bergulir menatap Laviona heran. "Nona ini, apakah ..."

"Adikku. Dia Viona, adikku," jawab Mal cepat.

Pria tua itu tersentak seperti menyadari sesuatu. Tapi kemudian matanya berbinar senang. "Untunglah Anda selamat! Saya sangat mengkhawatirkan jika Anda tertangkap."

"Dia sudah tertangkap." Mal menghela nafasnya. "Karena itu aku kabur bersamanya," jelasnya lagi membuat pria tua bermata abu-abu itu menganggukkan kepalanya mengerti.

"Sebelum itu, perkenalkan, nama saya Moneto. Saya adalah satu-satunya orang yang dulunya mengabdi pada Yang Mulia Raja Emilius tetapi belum disumpah hingga berhasil melarikan diri," jelas Moneto ramah. "Dan orang-orang di sini adalah mereka yang berhasil bertahan hidup ketika pembantaian terjadi, aku mengambil mereka."

Mal hanya diam membiarkan Moneto menjelaskan sedikit pada Laviona.

Moneto kembali melanjutkan. "Mari ikuti saya ke ruang pribadi saya. Akan saya jelaskan semua yang saya ketahui dengan detail."

***

Moneto menutup rapat pintu batu ruangannya. Ia kemudian mencari-cari sesuatu di dalam sebuah kotak kayu besar berisi tumpukan kertas. Setelah menemukan apa yang ia cari, Moneto berjalan menuju meja batu besar di mana Laviona, Keyzaro dan Malachy berdiri menunggu.

Lalu langkahnya terhenti dengan wajah menganga saat melihat keberadaan Keyzaro yang sebelumnya tidak ada. "It-itu... bagaimana bisa?"

"Tidak apa-apa. Dia di pihak kita," ucap Mal menenangkan.

Moneto hanya mengangguk percaya walau tampak sedikit ragu. "Apa dia sudah mati?" tanyanya pelan.

Keyzaro mengdengus dengan mata menatap tajam kedua manik abu-abu Moneto. Sebenarnya tidak perlu diingatkan Keyzaro paham bahwa dia sudah mati. Tapi diingatkan seperti ini membuat perasaannya tentu saja kesal.

Moneto kemudian melanjutkan langkahnya ke meja batu lalu memampangkan gulungan kertas tua di hadapan Mal, Key, dan Laviona.

Moneto kemudian melanjutkan langkahnya ke meja batu lalu memampangkan gulungan kertas tua di hadapan Mal, Key, dan Laviona

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Nightmare [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang