Epilogue

2.5K 297 84
                                    

"If you're brave enough to say goodbye, life will reward you with a new hello."

- Paulo Coelho

__________

Nyatanya, kemenangan itu tidak menyenangkan Laviona sama sekali.

Menyaksikan seluruh musuhnya mati memang melegakan. Namun ketika pandangan Laviona jatuh pada tubuh tak bernyawa Malachy, ia tidak bisa menahan untuk tidak kembali menangis.

Laviona melangkah gontai mendekati sang kakak. Mayat Malachy tidak menghitam seperti mereka yang mengabdi pada Emilius. Seperti kaum Aleafys dan Aquaxythm yang mati, tubuh mereka pun tidak menghitam, meski bersimbah darah.

Bruk!

Laviona menjatuhkan diri di samping tubuh Malachy. Ia bersimpuh di dada sang kakak, menangis lebih dalam ketimbang sebelumnya.

Tangisnya memilukan, memecah keheningan tempat ini.

"Malachy, kita menang," isaknya. Tubuhnya bergetar hebat. "Kita menang. Tidak bisakah kau bangun?"

Tapi Malachy tidak merespon apapun. Lubang di dadanyalah yang menjawab pertanyaan Laviona. Bahwa kakaknya sudah mati, tidak akan hidup kembali.

"Semua mati," raung Laviona. "Apa gunanya kemenangan ini jika semua mati?"

Laviona merengkuh erat tubuh tegap Malachy yang mulai kaku. Tangisnya tidak berhenti. Ditinggal sang kakak adalah hal yang tidak pernah ia inginkan. Keluarganya hanya tinggal Malachy, dan sekarang lelaki itu pun ikut mati di tangan sang ayah.

"Aku harus apa?" bisik Laviona lemah. "Aku sendiri ..."

Masih dengan air mata yang berderai, Laviona menegakkan tubuhnya. Dipandangnya wajah tenang sang kakak dalam diam.

"Aku tak pernah bilang aku menyayangimu," Laviona berucap. Suaranya bergetar. "Kuharap kau tahu aku juga menyayangimu."

Ia menunduk, memandang tangannya yang tertaut di atas paha, dibalut pakaiannya yang dihiasi bercak-bercak darah.

"Seharusnya aku juga mati saja. Ketimbang hidup sendiri," gumamnya serak. "Apa lagi gunanya aku hidup?"

Laviona duduk di samping Malachy untuk waktu yang cukup lama. Hanya diam meratapi kematian kakaknya, sebelum sesuatu menyentak pikirannya hebat.

Ia teringat sesuatu. Sesuatu yang membuat jantungnya berdetak cepat. Seketika tubuhnya menegang. Teringat bahwa ada satu orang lagi, orang yang selalu menunggunya, yang selalu berkorban baginya. Orang yang memberinya bunga beberapa jam yang lalu.

"Keyzaro," gumam Laviona tersadar.

Laviona ingin menemui laki-laki itu detik ini juga. Harapan dan ketakutan menyergapnya bersamaan. Segera ia bangkit dan berbalik, kemudian tertegun mendapati sebuah portal di sana.

Portal itu mirip dengan portal yang membawanya kemari bersama Moneto dan beberapa orang lainnya tadi. Dan keadaan di balik portal itu seketika membuat jantung Laviona mencelos.

Itu jelas Siriande.

Namun tanpa terlihat adanya tanda-tanda kehidupan.

Tak mampu menahan diri, Laviona bergegas membawa dirinya menuju portal itu. Ketakutan menyergap seketika ketika mendapati tempat itu di dipenuhi tubuh tanpa nyawa.

Nightmare [Completed]Where stories live. Discover now