After the Nightmare [7]

1.2K 245 5
                                    

"Leavos, itu kau?"

Leavos berjengit mundur ketika Laviona menangkap pergelangan tangannya. Perempuan itu berusaha bangkit dari tidurnya tergesa. Hal yang mana membuat Malachy mengernyit heran.

"Tuan Putri, saya mohon-"

"Leavos, Leavos." Air mata Laviona turun saat itu juga, membuat Leavos kian panik. Malachy, satu-satunya orang selain Leavos dan ayahnya yang berada di kamar itu, menatap takjub sekaligus tidak mengerti. "Kau pasti tahu sesuatu."

Leavos buru-buru melepas cengkeraman Laviona di tangannya. Segera bergerak mundur mengikuti sang ayah, Ernoch, kemudian menghadap Malachy.

"Yang Mulia, Tuan Putri sudah sembuh," Ernoch berucap. "Jika berkenan, kami akan segera pergi."

"Tidak, kumohon," Laviona memanggil parau. Ia meremas ranjang dengan air mata berlinang. "Tolong beri tahu aku, apa yang sebenarnya terjadi."

"Tuan Putri, Anda tertidur selama empat puluh dua hari setelah sihir Anda meledak," Ernoch yang menjawab. "Kami di sini tidak lebih untuk menyembuhkan keadaan Anda."

"Bukan!" Laviona berseru.

Leavos dan Ernoch melirik satu sama lain. Raut keduanya jelas menyimpan suatu hal lain.

"Mimpi itu. Bonaventura, ayahku, kalian, Cronnicoles Eclipse, semua," lanjut Laviona lagi. "Tolong katakan itu bukan mimpi."

"Tuan Putri ..." Leavos sungguh tampak tidak mampu berkata-kata. Raut wajahnya nampak penuh rasa bersalah.

"Aku ingat sakitnya," sambung Laviona dengan suara bergetar. "Aku ingat semua perihnya luka-luka itu. Aku ingat betapa sakit tubuhku ketika disiksa untuk mengatakan sesuatu yang tidak kuketahui. Aku ingat..." Ia tercekat. "...sakitnya ketika kalian semua mati menyisakan aku sendiri—kalian semua..."

"Kau tidur empat puluh dua hari." Akhirnya Malachy membuka suara. "Selama itu kau bermimpi, dan mungkin itu terasa nyata. Meski pada kenyataannya tidak."

Laviona terdiam menunduk, menatap nanar sambil meremas selimutnya. Senyum pedihnya tersungging. Dia ingin menertawakan diri sendiri sekarang. Entah seperti apa pandangan Malachy padanya yang seolah bicara melantur seperti ini. Mungkin kakaknya itu menganggap Laviona telah kehilangan akal sehatnya hanya karena sebuah mimpi. Mungkin Malachy menganggap Laviona sudah gila.

"Tentu," katanya pelan, terdengar putus asa. Laviona menoleh menatap Malachy sayu. "Aku mengerti. Tentu kau tidak percaya padaku."

Malachy tercekat. Ia langsung kehilangan kata-kata. Dadanya berdenyut sakit mendengar itu.

Entah mengapa, Malachy merasa ada hal yang aneh yang ia sendiri tidak ketahui.

***

"Dia tahu namamu." Malachy berucap tanpa menoleh tepat ketika pintu kamar Laviona tertutup. Tak peduli meski ada Ralos dan Lenox di sana. "Apa kau menyelipkan identitasmu ketika menyembuhkannya?" tanya Malachy penuh selidik.

"Hal yang seperti itu tidak dapat dilakukan, Yang Mulia." Ernoch menjawab, membuat Malachy berbalik menatapnya serta Leavos.

Malachy diam tidak menjawab selama beberapa saat sebelum kemudian melangkah mendekat pada kedua orang itu.

"Aku tidak tahu dari mana datangnya atau siapa kalian sebenarnya," ucap Malachy dalam. "Tapi firasatku mengatakan kalian mungkin tahu sesuatu. Mulai beberapa bulan belakangan, aku merasa ada hal aneh yang terjadi selama ini. Hal yang tidak aku ketahui."

Nightmare [Completed]Where stories live. Discover now