34. Realize

1.1K 222 0
                                    

"Don't push me to the point where I don't care.
I'm loyal, but even I have my limits."

----Unknown

__________

12 tahun setelahnya...

"Kalau dipikir-pikir, kau tak pernah membicarakan tentang perempuan."

Pertanyaan sang ibu yang tiba-tiba membuat Keyzaro menghentikan kegiatan makannya. Perlahan ia mendongak, menatap Ratu Carolus yang duduk di seberang meja makan, berdampingan dengan ayahnya, Raja Carolus. Wanita itu tengah tersenyum tipis, berbanding terbalik dengan Keyzaro yang mulai mengecap arah menuju topik perbincangan yang selalu dibencinya.

Ragu-ragu Keyzaro menjawab, "Ya."

Ratu Carolus menaikkan kedua alisnya dan tertawa pelan. "Jangan kaku begitu, Anakku. Kau tidak pernah bercerita pada Ibu jika kau tertarik atau menyukai seorang perempuan. Benarkah tidak ada?"

"Ibu." Keyzaro menghela nafas berat. Baru saja hendak menjawab, Ratu Carolus telah lebih dulu bersuara.

"Maksud Ibu, kita baru saja pulang dari pernikahan di kerajaan tetangga. Dan kau bertemu dengan banyak sekali wanita dari kerajaan-kerajaan lain. Mungkin sebelumnya kau tidak pernah benar-benar bertemu banyak perempuan, tapi sekarang kau setidaknya tertarik pada seseorang, bukan?"

Tapi memangnya, apa yang akan ia katakan?

"Tidak, Ibu ..."

"Umurmu sudah sangat cukup untuk setidaknya ..." Ratu Carolus menjeda kalimatnya. Ia tampak berfikir tapi masih dengan senyuman antusiasnya. "Melamar seorang gadis."

Kali ini Keyzaro sedikit tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya. Memikirkan ibunya akan membicarakan hal seperti ini ia sudah pernah. Tetapi sama sekali tidak menyangka bahwa ucapan Ratu Carolus akan secara terang-terangan seperti ini.

Keyzaro ingin menjawab tetapi Ratu Carolus lagi-lagi menyelanya. Seolah-olah tidak ingin menerima penolakan apapun dari anak lelakinya.

"Ibu lihat kau banyak mengobrol dengan Putri Rivelle di pernikahan kemarin." Penyataan itu berhasil membuat Keyzaro hampir menekan pangkal hidungnya lantaran kepalanya yang mendadak pening. "Apa kau tertarik padanya?"

"Itu hanya perbincangan biasa." Kali ini Keyzaro benar-benar ingin menyuarakan apa yang ada dipikirannya.

Senyum lebar Ratu Carolus memudar, menyisakan seulas senyum tipis. "Keyzaro, kau seharusnya---"

"Kau bahkan belum memberinya kesempatan bicara, Eleanor." Raja Carolus tertawa pelan. Meletakkan alat makannya di piring yang telah kosong, ia ikut mendongak menatap putra sematawayangnya.

Ratu Carolus mengangguk dan tersenyum. "Maafkan aku." Ia kembali mendongak menatap Keyzaro. "Jadi bagaimana?"

"Tidak, Ibu," jawab Keyzaro.

"Tidak?"

"Tidak." Keyzaro menggeleng seraya tersenyum tipis. "Maaf, Ibu. Aku tidak tertarik pada siapapun. Tidak juga dengan Putri Rivelle."

"Oh." Ratu Carolus terdiam. Sedikit terkejut dengan kedua alis terangkat. "Padahal, biasanya sejak memasuki remaja anak-anak sudah mulai menyukai lawan jenis."

Raja Carolus berdeham menahan senyum. "Kau lupa jika Keyzaro terlalu ... spesial," ucapnya membuat Ratu Carollus terkekeh pelan. "Ketimbang bergaul, dia lebih memilih duduk di depan buku atau pergi berlatih pedang, bela diri, dan sihir."

"Benar." Ratu Carolus menoleh pada Raja Carolus dan menyunggingkan senyum sebelum kemudian kembali menatap anak laki-lakinya.

"Jadi." Raja Carolus kembali memulai perbincangan. "Seperti apa tipemu?"

Nightmare [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang