16. The Spies

2.2K 354 2
                                    

"Every minute spent in your company becomes the new best moment of my life."

(Bolt - Bolt)

__________

Malam ini cukup dingin. Suara serangga malam dan api unggun mendominasi beserta suara beberapa orang yang berbincang. Matahari belum lama tenggelam tetapi Laviona hanya duduk termenung memandangi suasana bersahabat di tempat ini.

"Apa kau sudah bisa merasakannya?"

Laviona menoleh pada Mal. "Merasakan apa?"

"Sihirmu," jawan Malachy singkat.

Laviona diam berfikir. "Mungkin ... sedikit."

"Banguslah kalau begitu."

"Memang kenapa?" tanya Laviona.

Mal tersenyum sangat tipis. "Salah satu kemampuanmu yang paling kusuka adalah berkomunikasi dengan alam, termasuk hewan."

"Itu bukan sihir."

Malachy mengangguk. "Itu kemampuan khusus. Tapi bukankah itu berarti kau sudah mendapatkannya kembali?"

"Berarti. Sihir membutuhkan waktu untuk kembali sedangkan kemampuan khusus seperti itu tidak."

"Benar."

Selanjutnya hening. Tak ada yang membuka pembicaraan dan Laviona hanya sibuk memandangi kemah-kemah yang berdiri di sekitar mereka, orang-orang yang mengasah senjata mereka, juga api-api unggun yang masing-masing dikelilingi beberapa orang yang tampak sesekali tertawa di sela kegiatan mengobrol mereka.

Sekarang mungkin tawa mereka masih terdengar hangat di tengah dinginnya malam. Tapi entah apa mereka masih mampu tertawa jika saat itu tiba, saat di mana ramalan itu harus digenapi. Andai itu semudah Laviona membunuh ayahnya, mungkin wajar mereka bisa tertawa. Tapi semua pasti tidak akan semudah itu. Akan ada perang, dan pertumpahan darah tidak akan terelakkan.

Laviona menghembuskan nafasnya lelah. Ia tidak akan pernah mampu membunuh ayahnya. Walau ayahnya jahat sekalipun, dia tetaplah orang yang menghadirkan Laviona ke dunia ini.

"Omong-omong Siriande tidak jauh dari sini, 'kan?"

Punggung Laviona menegak kala mendengar suara Malachy lagi. Ia sontak menoleh menatap kakak laki-lakinya itu curiga.

"Aku masih tidak yakin kalau kau menyuruhku untuk berinteraksi dengan hewan-hewan di sana."

Mal mengangguk singkat. "Aku tidak memaksa. Tapi tak ada salahnya bukan? Hewan-hewan itu, terutama naga, bisa menjadi sekutu kita yang hebat. Mungkin jika kau kita bisa menemukannya" jelasnya.

Laviona mengernyit tampak ragu, sekaligus heran dengan kalimat terakhir Malachy.

"Yang Mulia." Seorang pria tiba-tiba datang menghampiri Malachy. Ia menunduk sekilas sebelum kemudian berdiri dengan tegak lagi. "Dengan segala hormat, bisakah Anda ikut dengan saya untuk bertemu dengan Tuan Moneto?"

Mal bangkit berdiri. Ia menepuk pakaiannya singkat kemudian mengangguk. Keduanya melangkah pergi dari sana.

"Putri," seorang wanita dewasa menghampiri Laviona dan membungkuk sekilas. Wajahnya yang tersenyum manis begitu nyaman dipandang. Ia kemudian merendahkan dirinya seraya menyerahkan makan malam untuk perempuan itu. "Ini makan malam Anda."

"Terima kasih," balas Laviona seraya tersenyum tipis.

"Dan untuk Tuan ..."

"Tidak perlu. Aku sudah kenyang," Keyzaro yang duduk di sebelah Laviona buru-buru menyela. Wajahnya tidak bersahabat. Walau tak bisa di sentuh, tubuh Key benar-benar tampak seperti orang pada umumnya. Dan itu membuat banyak sekali orang salah mengira, di tambah hanya Moneto di sini yang tahu bahwa dirinya adalah Pangeran Negeri Carolus.

Nightmare [Completed]Where stories live. Discover now