Fourteen : The Beach Secret

22.5K 2K 45
                                    

Fourteen : The Beach Secret



      "ARGA SIALAAAN..." aku berteriak sebal. Berjalan cepat menorobos Miya yang baru saja keluar dari kamar mandi. Membuatnya jadi mencak-mencak tak jelas karena hampir saja tersandung jatuh.

"Apa sih Sya?!" Miya menendang kakiku kecil. Sudah menatapku horor yang sedang menggelosor di karpet lantai kamar hotel sambil merengek sebal.

Aku tak menjawab. Makin merengek kesal sambil mengacak rambut frustasi. Ingatan menyebalkan itu kembali terulang. Ingatan yang setengah mati ku kubur hingga ke dasar memori terdalam.

Ingatan yang sengaja ku ikat rapih lalu kumasukan kotak yang kuncinya ku buang bersama Arga yang hilang pergi.

Lalu mendadak, saat Arga muncul bagai jalangkung yang tak diundang. Memori ikatan rapi itu kian ikut melebur terbang berceceran.

Ibarat nasi padang yang dibungkus dengan karet elastis berkualitas tinggi. Ternyata kertas bungkusnya justru berbahan tipis. Belum lagi harus terkontaminasi bumbu saus padangnya yang terus merembes ke bagian kertas luar.

Lalu tak lama, saat terkena benturan kecil, sebuah kedipan tak berarti. Karetnya ikut jebol, nasi dan rendangnya jatuh dengan dramatis membuat aromanya tercium semerbak hingga satu ruangan.

Oke, mungkin ini agak ngawur. Tapi Arga benar-benar membuat segala jadi diluar kendali.

Tidak terencana.

Kehadiran Arga saja sudah hampir membuat pertahananku roboh. Segala sumpah serapah yang kubuat bagai puisi hanya bisa terucap dibelakang cowok itu.

Tapi kenapa? Kenapa Arga membuat segalanya menjadi jelas? Kenapa Arga selalu bisa membuatku seperti laut sebelum tsunami. Diam tenang lalu setelah seluruh kalimat dan perlakuannya yang meng-gemparkan, aku kejang bagai air yang dimuntahkan dahsyat hingga manabrak ke arah tak menentu.

Jadi Arga itu apa? Kenapa dia selalu bisa mengobrak-abrik hari serta hatiku?!



"ARGGHHH KENAPA LO DATENG LAGI SIH HAH? KENAPA LO DATENG KE BALI? KENAPA SEMESTA BUAT LO DATENG LAGI SAMA GUE? KENAPA?!!" teriakku histeris bergulung kesana-kemari. Tak lagi menghiraukan Miya yang kulihat dipojokan sedang menciut takut melihatku seperti kesetanan.

Aku mendengus. Bangkit duduk dengan tegap sambil menarik rambut kebelakang.

Tidak, aku harus tetap tenang. Aku tidak boleh cepat ambyar begini. Tidak secepat ini.

Aku tidak boleh kalah darinya. Kalau dia bisa dengan muda mempermainkan hatiku. Aku juga tidak boleh kalah. Aku harus mulai menyusun strategi untuk membalas semua tentangnya. Kalimat, perlakuan, dendam, sampai sakit hati yang kuterima.

Akan ku kembalikan!! Mata dibalas mata. Gigi dibalas gigi.

Jika dia ingin main-main denganku. Mulai detik ini, mari kita mulai permainannya!

Aku menoleh pada Miya, langsung tersenyum penuh arti namun malah membuat Miya makin menatapku horor.

"Sya bener yah lu kenapa siiihhh? Gue panggilin Kak Adnan yah? Biar di ruqyah sekarang?" Kata Miya makin menjauh dariku. Meraih ponsel ditempat tidurnya sudah ingin benar-benar menghubungi kakak ku itu.

Aku makin tersenyum lebar. Bangkit meloncat dari duduk segera berjalan menghampirinya.

"Eeehhh lo ngapin deket-deket? Wush menjauh dari gue!!!" Teriak Miya malah makin bergerak ke pojok.

Aku mendecak. Menahan pergelangan tangannya membuatnya malah memekik kencang hingga nyaring.

"Sssttt... dengerin gue!" Tanganku membungkam mulutnya. Membuat Miya jadi berhenti berteriak namun kedua matanya malah melotot padaku.

Karena Piknik Kilat  ✔ (SELESAI)Where stories live. Discover now