Thirty Five : Foto Arga

18.2K 1.8K 51
                                    

Thirty Five : Foto Arga




      Kalau ditanya apakah aku sudah siap untuk menikah. Jujur, kenyataanya adalah jawabanku memang tak pernah jelas. Termasuk kriteria yang sering ditanyakan oleh orang-orang mengenai lelaki idamanku.

Pertanyaan klasik yang setiap lebaran menjadi menu wajib diabsen seperti opor itu. Bahkan jujur, tak jarang pula aku dijodohkan dengan anak laki-laki teman papah.

Tapi sekali lagi, jawabanku memang selalu tak pernah jelas.

"Doain aja ya tante,"

"Belum tau tante... yang terbaik duluan aja deh siapa yang datang,"

"Gak ada tipe khusus kok. Yang penting dia baik dan sayang sama aku juga keluarga."

Dan jawaban lainnya yang benar-benar tidak menjurus pada suatu kriteria atau target tertentu.

Bisa dibilang... aku memang tidak terlalu peduli tentang hal satu ini.

Tapi hari itu. Hari dimana Arga mengutarakan rencana yang disiapkannya terutama menikahiku. Otakku mendadak blank. Aku benar-benar tak terpikirkan apapun.

Kupikir pada awalnya aku merasa takut. Namun ternyata tidak, aku hanya gelisah. Karena sepanjang aku mengenalnya, perkataan Arga memang tak pernah main-main.

Dan jika benar, itu berarti.... laki-laki ini memang serius untuk menikahiku.




"Arga lamar kamu?!" Mata mamah membelak menatapku saat aku selesai bercerita mengenai Arga padanya.

Disebelah mamah, ada Kak Adnan juga yang duduk di sebelah diam-diam ikut mendengar perbincangan kami. Melihatnya yang tersedak saat meminum kopi hitamnya, well itu berarti Kak Adnan benar menyimak ceritaku diam-diam walau matanya menatap ke arah tv.

Ya.

Aku memang memutuskan untuk bicara dengan jujur pada Nyonya Anita. Firasatku akan lebih baik untuk bicara sejak awal agar tak akan ada banyak menimbulkan pertanyaan selanjutnya yang membuat perasaanku resah bahkan dari orang terdekatku sekalipun. Lagipula ini mamah, aku tak pernah bisa berbohong pada wanita yang paling kucintai selama hidupku.

"Jadi kemarin kamu ke Bandung itu Arga ngelamar kamu?" Tanya Nyonya Anita mengulang pertanyaan masih terlihat kaget bukan main.

Aku menipiskan bibir. "Gak ngelamar Mah... cuma Arga ngasih tau aja katanya dia ada rencana mau ngelamar aku."

"Enggak boleh." Mamah menyela menatapku serius. Suaranya tegas. Itu jelas membuatku gantian terkejut setengah mati.

Aku melirik Kak Adnan. Tapi melihat ekspresi wajah Kak Adnan yang tak kalah terkejutnya membuatku semakin bingung dengan kalimat Mamah sebelumnya.

Karena sepanjang aku mengenal Mamah hingga detik ini. Mamah selalu berkata untuk tak akan menghalangi pilihan anaknya terutama soal pendamping hidup sama sekali.

"K-kenapa? Bukannya waktu di Bali Mamah justru nyuruh Arga ketemu Papah di telfon?" Tanyaku tak paham. Aku masih ingat bagaimana Mamah menggodaku saat melihat foto yang Evelyn ambil di pernikahannya.

Mamah terdiam. Masih mempertahankan garis wajah tegasnya. Aku tahu kali ini Mamah serius. Bukan lagi dalam mode siaganya namun Mamah sudah benar-benar serius.

Mamah menarik nafas. "Itu sebelum Mamah denger kalau Arga sudah tunangan sama anak orang lain. Mamah bahkan dengar mereka akan menikah bulan depan Sya. Kamu mau jadi perusak pernikahan orang?" Mamah menatapku nyalang.

Karena Piknik Kilat  ✔ (SELESAI)Where stories live. Discover now