Eighteen : Hati Melemah

19.4K 1.9K 14
                                    

Eighteen : Hati Melemah




       Mataku menyipit, mengaktifkan mode awas mengawasi sekitar dengan tatapan elang. Setelah insiden beberapa menit yang lalu aku mengaku-ngaku memiliki sebuah hubungan spesial seperti martabak dengan Arga. Kini aku dan Arga malah berakhir duduk berdua di sebuah bale bengong tempat persembunyian paling ujung Rhaendra hotel resort berada.

Meski ditempat terujung sekalipun, perasaanku masih tidak tenang. Jantungku masih berdetak secara tak normal. Apalagi... lelaki bernama Arga Nuswan ini sejak tadi tak bisa berhenti tersenyum. Persis seperti orang kesurupan Arga jadi lebih banyak tersenyum sambil sesekali mencuri lirik padaku. Aku curiga setelah tadi dimarahi calon baru ibunya membuat Arga jadi semakin tidak waras. Gangguan otak misalnya.


"Ga udahan dong jangan senyum mulu. Gue takut nih... lo gak lagi ketempelan kan?" Kataku malah membuat seringai polos dibibirnya tersungging. Sial.

"Ck... Mau berapa lama lagi sembunyinya sih ga? Ini juga udah lama kok," aku memperbaiki posisi duduk tak betah. Lebih tepatnya risih karena Arga belum mau melepas pandangannya dariku.

"Dinanti... kamu sebegitu gak sukanya deket deket sama aku?" Tanyanya dengan nada sirat kecewa. Aku mendengus pelan.

IYA! MASIH PAKE NANYA.

Lo gak tau hati gue udah kaya lagu orang mabok jedak jeduk gini?!


"Aku takut kelihatan orang-orang. Gak enak kan kalau cuma berduan gini," kataku mencoba sabar. Sabar menghadapi  Arga yang kelihatan mendadak gentle.

"Kita gak berduaan Dinanti,"

"Ya terus?"

Arga menunjuk pada tiang bale bengong. "Kamu gak lihat dari tadi ada semut, jangkring, sampe kucing barusan lewat?"

Aku melotot. Hampir mengeluarkan sumpah serapah. "Ga lo tau gak sih humor lo garing?"

"I know." Arga mengangguk. "Tapi banyak perempuan yang suka sama lelucon aku," katanya dengan raut polos.

"Ya jelas karena mereka semua naksir lo." Aku menaikan intonasi suara. Memberinya tatapan menghina karena ke sok-gantengannya sampai mengaku begitu.

Lo kira gue peduli?!

"Itu kenapa kamu gak pernah ketawa depan aku Dinanti? Cause you don't like me?" Suara dalam Arga membuatku menoleh padanya. Tatapan menyendu itu tercetak jelas diwajah Arga. Membuatku agak kalut mencoba berdehem menguasai diri.

"Iya. Gue gak pernah suka sama lo,"  jawabku jujur. Walau kenyataanya pahit Arga memang harus menerima itu.

Arga menggeser duduknya jadi lebih mendekat. "Can i ask why?"


MASIH PAKE NANYA LAGI?!

"Pikir aja sendiri," jawabku  langsung cuek. Mengalihkan wajah tak mau melihatnya.

"Karena pekerjaan aku?"

"Gak ada hubungannya,"

"Karena aku sahabat sepupu kamu?"

"Gue bahkan gak peduli,"

"Karena tampang aku ngingetin mantan kamu?"

Mataku reflek mendelik. "Gue bahkan gak pernah pacaran,"

Jawaban itu membuat wajah Arga otomatis kembali cerah. "Berarti kamu masih single?"

Ragu-ragu kepalaku mengangguk. "Kenapa?!" Tanyaku dengan galak.

Arga menggeleng. Senyum dibibirnya mengembang dengan sempurna. "Gak papa... aku selalu suka Dinanti kalau dia single," katanya membuatku mendelik.

"Kenapa?"

Karena Piknik Kilat  ✔ (SELESAI)Where stories live. Discover now