Fourty Four : The Happy Ending.

21.3K 1.6K 26
                                    

Fourty Four : The Happy Ending.






      "Surprise!!"

Arga muncul dibalik pintu dengan senyum ceria. Wajah berserinya terpancar jelas melebihi lampu apartementnya yang baru saja menyala.
Ditangan Arga ada bunga Mawar merah muda dengan sepotong kue tiramisu kesukaanku.

Arga tersenyum lebar, walau perlahan wajahnya mulai berubah. Kali ini balik tertegun menatapku lurus dan dalam. Mulut Arga terbuka kecil, matanya masih mengunci tatapan kami yang berjarak beberapa meter dariku.

Arga mengerjapkan matanya perlahan. "Cantik." Ucapnya setelah beberapa detik terpaku menatapku yang berkaca-kaca dibuatnya.

"Kamu ditinggal aku makin hari makin cantik Dinanti." Lanjutnya lagi membuatku makin tersipu.

Aku merenggut kecil, mengalihkan wajah menyeka bulir air kecil diujung mata. Aku tau maksudnya adalah perubahanku menggunakan hijab. Arga selalu punya caranya sendiri untuk memujiku.

"Kamu kenapa disini? Bukannya nemenin Om Galih di Korea? Kamu bohong? Kamu bikin alasan gak ba--"

"I miss you." Ucapnya memotong kalimatku begitu saja. "You really killed me with this long distance." Lanjutnya membuatku menggigit bawah bibir.

Aku menundukan kepala. Semakin dalam sambil memandangi kotak beludru dengan sebuah cincin didalamnya.

Arga melangkahkan kakinya mendekat. Bergerak menghampiriku sampai berhenti tepat dihdapanku.

Arga kemudian menyodorkan sepotong kue tiramisu ditangannya dengan lilin kecil yang menyala. Kepalanya menunduk kecil mensesejarkan wajahnya dengan milikku. "Kamu gak mau ngucapin doa?" Tanyanya dengan senyum kecil.

Masih kesal karena kejutan anehnya aku menginjak kaki Arga keras. "Aku gak suka kejutan kamu." Ucapku membuat Arga malah mengulum bibir menahan senyumnya. Walau sempat meringis mengusap satu kakinya dengan kaki lainnya.

"Emang bagian mana yang kamu gak suka? Coba di koreksi." Kata Arga dengan gaya jahilnya.

Aku mendecak. "Kamu pikir lucu nyuruh Hari bilang ke aku kalau Om Galih gak baik-baik aja dan kamu harus temenin papah kamu disana? Aku khawatir Ga, dan tiba-tiba... dengan wajah gak berdosanya kamu loncat muncul dibalik pintu sambil bilang 'SURPRISE!' kamu pikir ini acara prank-nya Atta Halilintar?!" Marahku sudah emosi.

Namun Arga dengan wajah polosnya malah mengernyit bertanya dengan bego padaku. "Itu siapa Nan? Kok aku kaya pernah denger."

Aku melengos. Jengkel setengah mati dengan tanggapannya.

Demi tuhan... kenapa bisa pula aku jatuh hati dengan laki-laki macam Arga.

Cowok jujur yang kadang kelewat tolol dimataku. Satu-satunya cowok yang mampu membuatku merasakan perasaan bermacam-macam di satu waktu.

Apa ini hanya Arga? Atau kenyataan memang Arga saja yang datang berkunjung dalam hidupku.

"Kamu sampai jam berapa?" Tanyaku membelokkan topik. Tak mau membuat kacau emosi setelah melihat senyum dibibirnya.

Arga mengernyitkan dahinya. "Dua jam yang lalu? Aku kurang tau pastinya."

"Dan kamu yang nyiapin ini semua?"

Arga mengangguk. "Kamu gak boleh protes aku buat ginian yah. Ini demi kamu." Kata Arga langsung memasang wajah mengancam.

"Terus ini?" Telunjukku menunjuk pada kue tiramisu dengan lilin masih menyala ditangannya.

"Yang ini aku beli. Aku gak bisa buat kue Dinanti. Tapi belinya pake hati kok. Duitnya juga dari dompetku." Kata Arga masih sempatnya bercanda. "Kamu yakin gak mau buat permintaan Dinanti? Atau aku wakilin tiup lilinnya."

Karena Piknik Kilat  ✔ (SELESAI)Where stories live. Discover now