Thirty Three : Rahasia Argadinata Nuswan

18.5K 1.8K 38
                                    

Thirty Three : Rahasia Argadinata Nuswan





      Arga makan dengan sangat lahap. Bahkan lebih lahap dari Kak Gyuma yang tinggal menyisakan sup bersisa air kuah dan wortel untukku. Kedua laki-laki itu sempat mengobrol berdua setelah Arga menyalakan api unggun di taman halaman belakang. Sederhana tapi cukup membuatku mengerti mengapa keduanya bisa sangat terlalu dekat.

Terkadang aku memang menemukan sisi Arga dalam diri Kak Gyuma. Cara mereka berbicara, kalimat tajam serta saat mereka melemparkan candaan satu sama lain. Aku kini mengetahui bagaimana cara Kak Gyuma menghibur Arga sebagai seorang sahabat.

Mereka memiliki cara sendiri untuk berkomunikasi.

Kali ini aku lebih memilih untuk memperhatikan. Memandang keduanya dari ruang tengah lewat pintu-pintu kaca yang menghubungkan langsung dengan taman belakang.

Samar-samar aku bisa mendengar obrolan mereka, juga suara tawa Kak Gyuma yang terdengar berat. Aku lebih memilih untuk tak menganggu keduanya, berselimut duduk di sofa ditemani segelas kopi membuatku terasa lebih leluasa.

Leluasa untuk akhirnya melihat senyuman Arga hari ini.

Aku tak ingat seberapa lama aku memperhatikan keduanya dari belakang diam-diam tapi pada akhirnya aku seperti jatuh tertidur. Mataku kembali terbuka saat merasakan gerakan kecil yang akhirnya membuatku mulai terbangun sadar.

Arga disana, memperbaiki letak selimutku dengan hati-hati.


Aku ingat betul malam itu, bagaimana wajahnya diterpa sinar bulan yang tersorot dari cahaya luar. Bagaimana ia begitu terlihat paling bercahaya diantara ruangan gelap yang lampunya sudah mati malam itu. Juga bagaimana caranya tertegun saat mata kami bertemu karena aku yang terbangun dari tidur tiba-tiba.

Aku secara naluri memperbaiki posisi tidur, menghadap pada Arga yang berjongkok di sisi kananku sambil menatap mataku lurus. Entah apa alasannya tapi aku justru tersenyum, tanganku bergerak halus memperbaiki anak rambut yang jatuh ke dahinya.

Aku bahkan bersuara pelan hampir terdengar melirih. Pintaan kecil yang sebelumnya rasanya tak akan mungkin dapat terucap dari mulutku seperti sekarang.



"Jangan pergi lagi Ga..,"

Arga yang mendengarku terdiam. Laki-laki itu hanya mengangguk seakan patuh, sorot matanya teduh, kilatan sendu itu kembali terlihat disana.

"Maafin aku karena terlalu banyak ngerepotin kamu Dinanti." Katanya bersuara dengan lembut. "Maafin aku karena laki-laki kaku dan penuh masalah ini suka sama kamu." Lanjut Arga membuatku terhenyak begitu saja. Menelisik maksud kalimatnya lebih dalam tanpa berusaha mengalihkan pandangan.


"Are you happy?" Tanyaku membuat kedua alisnya bergerak naik terkejut dengan pertanyaanku.

Arga perlahan tersenyum tipis. Mengangguk kecil membuat hatiku terasa mencelos begitu saja.  "I'm happy right now." Katanya penuh arti.

"I'm sorry..." ucapku dengan bersalah. "Aku minta maaf karena selalu jadi Ceisya yang egois dan gak mau dengerin semua alasan dan cerita kamu. I wish i could turn back time,"

Kepala Arga menggeleng. "I'm really happy now. Aku sadar setelah semua ini terjadi. Aku bahagia bisa kenal Dinanti dengan cara seperti ini." Tangan Arga bergerak naik, menepuk-nepuk puncak kepalaku dengan lembut.

Aku terdiam. Kali ini senyum laki-laki itu benar-benar tertarik sempurna membuat sebuah lesung kecil tersembul di pipinya.

Mataku melebar, entah apa alasannya aku bahkan reflek menahan nafas agar menahan detak jantung yang bergemuruh cepat. Kembang api di dada yang biasanya hanya dapat kubaca dalam buku novel kini benar-benar bisa kurasakan malam ini, dan itu semua karena Arga.

Karena Piknik Kilat  ✔ (SELESAI)Where stories live. Discover now