Twenty Six : Calon Suami

20K 1.8K 22
                                    

Twenty Six : Calon Suami



    Hari pernikahan adik bungsu dari keluarga papah berjalan dengan lancar. Acara akad pernikahan berlangsung secara khidmat. Banyak tamu-tamu undangan yang datang dan ikut memberikan dan menebarkan banyak doa.

Aku, Kak Irene dan Miya bahkan ikut duduk di baris pertama mendoakan pernikahan Om terakhir kami yang menikah saat akad.

Semua berjalan sangat tenang dan penuh kehangatan. Bahkan setelah acara resepsi berlangsung, semua tamu undangan tampak menikmati acara serta memberikan ucapan selamat silih berganti.

Aku sejak tadi tak dapat berhenti tersenyum ikut merasakan kebahagiaan ini. Kak Irene, Miya, Kak Adnan dan para sepupuku yang lain juga sudah terlarut ikut mengobrol bersama tamu undangan yang lain.

Aku lebih memilih untuk duduk sambil memakan ice cream di bangku pinggir mendekati ujung. Mencoba ikut larut merasakan hari yang begitu tenang sampai Kak Gyuma yang tiba-tiba saja datang menghampiriku. Menghancurkan kedamaian berharga yang kurasakan dengan pertanyaan-pertanyaannya.

"Otak kamu tuh abis kepentok ya Sya?" Tanya Kak Gyuma begitu ia duduk di sebelahku membuatku mengernyit walau tak terlalu terkejut.

Karena pasal hal ini kurang lebih sebenarnya aku tahu, Kak Gyuma memang sejak tadi -bahkan sebelum akad berlangsung- kakak sepupuku itu memang terlihat seperti ingin berbicara denganku. Apalagi melihat tatapan matanya yang penuh tekad hampir seperti ingin memakan manusia hidup-hidup.

"Ha? Apaan sih tiba-tiba datang langsung nanya gitu?" Tanyaku tak paham. Walau pikiranku reflek saja melayang pada sosok si cabe Afrika yang pasti berbicara sesuatu pada Kak Gyuma.

Kak Gyuma mendengus. "Kapan terakhir lo ngomong sama Arga?" Tanya kak Gyuma memulai penyelidikannya begitu saja.

BINGGO.

100 point untukku yang bisa menebak hal ini dengan mudah.

"Tadi malam." Jawabku jujur.

Kak Gyuma menepuk jidatnya frustasi. Mendengus dengan berat sampai menyandarkan punggungnya pada kursi.

"Kenapa sih? Kenapa kak Gyuma kelihatan kaya bapak-bapak yang mancing seharian tapi gak dapet ikan?" Tanyaku membuat Kak Gyuma makin menatapku geram.

"Lo tuh bego atau gimana sih Sya? Sono periksa gih ke dokter. Barangkali emang ada yang salah sama otak atau mata lo," Kak Gyuma kali ini malah menyalahkanku.

"Apa sih apa? Datang-datang malah marah-marah. Arga ngadu apalagi ke lo?" Tanyaku akhirnya tak tahan.

Kak Gyuma mendecak. "Lo ngomongin apa sih sama Arga? Ngapain pake bilang ke Arga jangan suruh hubungin lo lagi? Ngapain pake nanya ke Arga korban dia ada berapa? Ngapain pake ngomong dia orang jahat segala? Buta ya mata lo?" Kata kak Gyuma akhirnya meledak mengomel juga.

Aku menaruh telunjuk di depan bibir. Menyuruh kakak sepupuku itu agar sedikit lebih tenang mengendalikan diri. Tidak Miya, Kak Irene, Kak Adnan, tidak juga Ka Gyuma. Seperti keluargaku memang selalu diwarisi watak meledak-ledak saat berbicara.

"Lo tau gak gimana repotnya dia nanya ke gue? Lo tau gak gimana galaunya dia ke gue? Lo tau gak gimana pusingnya dia ke gue? Lo berdua yang punya masalah dan jalin hubungan tapi kenapa gua terus yang repot?!" Kata Kak Gyuma lagi kali ini biarpun meledak sedikit lebih ditahan.

Aku mendecak. "Yaudah sih biarin. Ngapain juga lo tanggepin. Gue tuh suka bingung ya kak kenapa gak lo sekalian aja ngajuin diri jadi ajudan dia? Atau pengacaranya? Atau bila perlu mamahnya. Peduli amat sih lo." Ujarku sebal.

Karena Piknik Kilat  ✔ (SELESAI)Where stories live. Discover now