Twenty Four : Hadiah Luna

18.2K 1.8K 19
                                    

Twenty Four : Hadiah Luna





      "Kamu kenapa pulang duluan ke Jakarta dek?" Tanya Mamah tepat saat aku kabur beralasan ingin mengangkat cookie dari oven. "Bang Adnan bilang katanya kamu kabur dari Bali pulang duluan," lanjutnya lagi dengan nada suara tenang tak menghakimi.

Tapi harus kalian tau, yang ini jelas lebih berbahaya.

Aku meneguk ludah getir. "Ah... aku gak kabur kok mah. Udah izin pamitan dulu sama kak Irene sama Miya juga. Kak Adnan sama yang lainnya waktu itu lagi main ke ubud. Aku buru-buru jadi duluan deh." Kataku berusaha menjelaskan dengan tenang susah payah.

Aku berdehem. Meraih beberapa buah cookies kemudian menaruhnya di atas piring. Tak lupa susu kemudian menyodorkannya kepada mamah. Dalam arti sogokan.

"Ceisya coba resep baru. Cobain deh mah... kalo enak Ceisya mau buat lagi." Kataku tersenyum.

Mamah terdiam sebentar. Walau detik kemudian akhirnya meraih satu kepingan mencobanya. "Kamu belum jawab pertanyaan mamah."

"Yang mana? Kan tadi udah ku jawab aku gak kabur. Cuma izinnya memang ke kak Irene dan Miya aja,"

"Bukan yang itu,"

"Lalu?"

"Alasan kenapa kamu pulang duluan ke Jakarta." Jawab Mamah tegas.

Aku mengigit bibir kecil. Bergumam panjang mencoba mencari alasan yang tepat. "Ah... pernikahan Om Ryan kan tiga hari lagi tuh. Aku lupa belom nyiapin apa-apa. Baju atau kado aja belom aku beli." Kataku tersenyum mencoba untuk tetap tenang.

"Kamu kan pihak keluarga om Ryan. Mana ada nyiapin kado." Kata Mamah mulai curiga.

"Ih emang kenapa? Justru karena ini keluarga makanya harus lebih terencana. Lagian banyak kali mah sekarang ngasih kado ke om sendiri. Masa gak boleh? Biar kalau Ceisya nikah, Ceisya punya pajangan kado juga dari Om sendiri." Kataku ngeles. Walau kalau dilihat-lihat cukup masuk akal juga.

Mamah melengos. "Lagian ada-ada aja mikirin pernikahan Om sendiri sampai pulang duluan. Miya sama yang lain aja tenang aja tuh om-nya mau nikah."

"Ih mereka mah emang ponakan gak tau diri. Ceisya peduli mah makanya mau cari kado jauh-jauh hari. Kalau pulangnya besok kepepet. Lusanya lagi udah hari H pernikahan. Mana ada cari waktu buat beli kado." Kataku makin hebat dalam mencari alasan.

Mamah melengos. Menghabiskan cookies ditangannya kemudian meraih susu diatas meja meminumnya cepat.

Mamah kemudian mengangguk. Bangkit dari sofa sambil meraih kopernya. "Yaudah kalo gitu, 3 jam lagi siap-siap yah." Kata Mamah membuat alisku berkerut.

"Ha? Siap-siap apa mah?"

Mamah tersenyum tipis. "Katanya mau cari dress sama kado. Kita cari berdua. Mamah istirahat bentar abis itu kita pergi. Oke? Sip," tanpa menunggu jawaban dariku Mamah dengan segera menarik kopernya pergi menuju kamar. Meninggalkanku yang termangu mencoba mencerna kalimatnya.

Kalau begini, sepertinya gagal sudah rencana hari galauku.




~~♡~~




"Ini kita mau kemana mah?" Tanyaku saat melihat Mamah mengendarai mobil membelokam stirnya ke arah jalanan yang terasa asing bagiku.

Mamah tersenyum tipis. "Ke tempat butik. Katanya kamu mau beli baju dress buat nikahan Om Ryan. Nah... ini tempatnya, Mamah udah pesen buat kita." Jelas Mamah membuatku melongo.

"Nah... kalau udah pesen kenapa mamah ngajak aku beli baju?"

"Mamah baru dapat info bajunya udah jadi. Lagian baju kita sekeluarga seragaman. Papah kamu, om kamu, sepupu kamu, kita semua bajunya samaan. Sekalian hari ini mau antar-antar barang buat persiapan lusa."

Karena Piknik Kilat  ✔ (SELESAI)Where stories live. Discover now