Part 33

44 1 0
                                    

Aku tinggal di apartemen adik kelasku di sekitar Big Ben. Kau dapat mendengar jamnya berdentang dengan lincah pada waktu-waktu tertentu. Kata adik kelasku, yang bernama Melanie, jam itulah yang membuatnya selalu tepat waktu ke kampus. Aku tidak mengerti, karna hari pada hari pertamaku tidur di apartemennya, aku sudah membenci jam itu.

Hari berikutnya, aku bersama Mel membeli beberapa makanan di pasar. Kami berkeliling mencari rumput laut (makanan kesukaan Mel, aku belum pernah mencobanya) dan beberapa macam daging. Juga sayur.

Sorenya, setelah masak-memasak yang membuatku tambah kotor, kami duduk-duduk di depan TV sambil menonton Sherlock season 4.

"Apa nama sekolahnya, Kitten?" Ia menyendok sushi ke mulutnya. Menjijikkan. Dengan salmon yang belum matang.

Kataku, "Eaton"

"Wow, keren"

"Guru seninya ingin bekerja sama dengan e-book-e-book buatanku. Aduh, kepanjangan, ya? E-book-e-book"

"Seperti lagu anak kecil. E-book-e-book"

Kami berbicara tentang guru yang akan kutemui esok harinya, dan baju yang mestinya kupakai. Tidak perlu berlebihan, aku hanya perlu mengenakan jas kasual dan celana jeans dengan rambut tergerai biasa. Simplenya aku.

Aku menuruni tangga dengan cepat keesokan harinya, kutahu pertemuannya jam 10 tapi aku ingin menjelajah Eaton dahulu, sekalian menghilangkan rasa nervousku.

Ada sebuah restoran di sekitar Eaton, aku dapat melihat sekolah luar biasa besar itu dari jauh. Bangunannya campuran antara modern dan zaman Victoria. Aku duduk di sebuah kursi kosong, satu-satunya kursi kosong di restoran itu. Sebuah kursi dengan satu meja untuk berdua.

Di depanku, seorang wanita menggigit burgernya. Aku memesan kentang goreng dan beberapa makanan ringan lainnya. Aku perlu sarapan, namun tidak mau mulutku belepotan nantinya. Wanita asing pemana burger di depanku bergerak sedikit, tampak tidak nyaman namun aku tak begitu yakin. Aku menggeser kursiku agar ia lebih banyak bergerak, mungkin kesempitan. Saat kutongakkan kepala, masa lalu menyapaku kembali. Charlotte.

Our Spotless Mind (Bahasa Indonesia)Where stories live. Discover now