Part 30

40 1 0
                                    

Setiap malam minggu, kami punya kegiatan keluarga di rumah. Tujuannya adalah agar aku, anak semata wayang mereka, tidak keluyuran seperti anak remaja lainnya pada malam minggu. Menghindari pergaulan bebas, begitu kata mereka. Tidak boleh keluar rumah sama cowok lewat jam 6, sebenarnya itu alasan pokoknya. Behubung orang biasanya keluar rumah lewat jam 6 setiap malam minggu, maka itu pun ikut terlarang. Dulu, Ben mengajakku jalan-jalan sepulangku dari sekolah, jadi jam 4 sore aku sudah di rumah dan ia tidak tercoreng namanya sebagai calon menantu.

Menurutku, itu tidak masalah. Menurutku, itu cerdas. Lagipula aku memang tidak punya cowok lagi sekarang.

Kali ini Da' mengajak kami sekeluarga (baca: aku, Mumsy dan Da') ke pertemuan di kantornya. Ada acara bulanan di kantor. Da'a senang sekali aku bisa ikut kali ini, sebagai sarjana pula.

Da' bekerja di perusahaan IT terkemuka, yang menjadi alasannya memakai kacamata tebal. Terkena radiasi komputer, mungkin. Sepanjang jalan Da' menanyakanku apa aku minus atau plus, karna sepulang kuliah, setiap harinya aku ikut kursus komputer. Aku menyukai komputer--bukan rahasia lagi. Kurasa mataku baik-baik saja.

Di kantor, topik anaknya-Mr.Dayes-lulusan-London jadi topik hangat. Mumsy yang cerewet terlihat bersemangat dan menggebu-gebu. Kupikir ia bangga padaku. Sepulang dari kantor, aku mulai berpikir apa yang bakal kulakukan.

Di rumah, kuhenpaskan diri ke kamar yang akhirnya jadi kamarku lagi. Kuhabiskan masa remaja yang konyol, menyedihkan dan lucu di ruangan ini. Kubuat sebuah list di atas meja, berhadapan dengan laptopku.

WHAT TO DO IN IRELAND

1. CARI PEKERJAAN  KERJA SENDIRI

2. S2? ENTAHLAH.

Kerja sendiri, aku berencana kerja online atau apalah. Aku tidak mau jadi teman kantor ayahku sendiri, ataupun bekerja jadi guru seni atau apapun. Aku tidak mau jadi bawahan, lebih ingin jadi atasan untuk diriku sendiri. S2? Tidak buruk juga. Namun aku harus memikirkannya matang-matang, dan bukan sekarang waktunya.

Kuangkat list itu ke depan hidung. Sekilas teringat sesuatu. Terakhir kali membuat list, di ruangan ini, 4 setengah tahun lalu, bersama Dan. Hal-hal romantis yang akhirnya ia tuntaskan, walau belum semua. Seulas senyum yang hendak bibirku bentuk merosot kembali.

Memikirkan Dan itu menyebalkan, kadang aku bertanya kenapa perasaan ini masih tersimpan rapih dalam kalbuku. Mengharapkan hal yang tidak pernah kembali dalam hidup itu sia-sia.

Our Spotless Mind (Bahasa Indonesia)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن