Part 22

41 1 0
                                    

Before I let you go
I want to say I love you
I hope that you're listenin'
'coz it's true, baby, oh yeah
You'll be forever in my heart
 Kami tertawa. Melompat. Berteriak. Hancur-hancuran. Dan berujar, "Aku baru saja melengkapi list-mu yang ini, dua kali" bernyanyi di atap seperti di Walking On Sunshine.

List hal-hal romantis yang ingin kulakukan. Ia genggam tanganku, dan bernyanyi. Lagi. Lagi. Dan lagi. Kutatap tangan kami yang terpaut jadi satu, aku merasakan suatu hal baru. Sebuah kisah.

Ada orang-orang yang menulis cerita dan beberapa yang lainnya memainkan cerita itu dalam film. Namun momenku dan Daniel ini bukan film, walaupun layak dijadikan film, ataupun tidak. Aku tidak peduli. Karna jikalau pun ini malam terakhirku di London, jika petualanganku berhenti di sini, aku tidak peduli samasekali.

Yang kupedulikan adalah, bahwa ada hari-hari buruk dan yang baik. Ada momen menyedihkan dan sebaliknya. Ada orang-orang yang lupa bagaimana rasanya kehilangan teman atau kekasih. Dan sekarang, momen ini bukanlah film atau drama. Ini nyata, dan aku tak dapat lupa rasanya kehilangan seseorang yang kusayangi. Kutahu momen sedih ini diciptakan untuk diingat, tapi bukan untuk disalahkan atau ditangisi terus menerus.

Aku tahu Mary baru saja memutuskan persahabatan kami, kutahu Moris sedang duduk di suatu tempat, memikirkanku dan mantannya. Kutahu Charlotte membenci London, sedangkan aku memimpikan kota ini sejak kecil. Aku tahu Ben hanya hidup di pikiran kami dan foto-fotonya akan menjadi fotografi usang dan lama suatu hari nanti. Kutahu aku jatuh cinta lagi sekarang, dengan Daniel.

 Kutahu ini bakal jadi kisah baru dalam hidupku. 

Our Spotless Mind (Bahasa Indonesia)Where stories live. Discover now