Part 20

62 1 0
                                    

Ini benar-benar salah. Dari sisi apapun.

Kucoba untuk menelepon Moris untuk bertemu, kemudian aku menggagalkan panggilan itu, berpikir, lebih baik smsan saja. Kukirim sebuah pesan untuk bertemu. But no, kita perlu ngobrol. Dengan terpaksa kutelepon ia, "Ada apa?" "Ada apa? Tampaknya kau membuat mistape untuk telepon genggammu. Kamu sering mengcancle dan mengirim sms dalam satu waktu, kan?" Ia tertawa. Belum menganggap ini serius.

"Aku bertengkar. Dengan mantanmu. Kita harus akhiri pertemanan ini, oke?" Kuingin semuanya clear. Awalnya kupikir bukan masalah jika diriku berteman dengan mantannya. Tapi dia aneh, menyebalkan dan konyol. Dia berkata padaku bahwa that was okay, kemudian berbicara buruk di belakangku tentang betapa murahannya diriku, merebut sang mantan darinya.

"Tidak, nggak mungkin.... Kita nggak suka satu sama lain, kan?"

"Benar. Bahkan sedetik pun tidak mungkin"

"Bagus. Dan ini, mantanku yang cemburuan ini ternyata masih suka padaku--"

"Dan kamu juga masih suka padanya, kan?"

"Benar. Tapi ini, kenapa ia berperilaku seperti ini?" Jelas sekali Moris juga kelimpungan berbicara denganku, mengingat topiknya kurang mengenakkan.

Aku tidak tahu kenapa Mary bisa sebodoh itu.

Aku tidak kembali ke apartemen malam itu. Kuhabiskan waktu di apartemen orang. Atap apartemen orang lain, kalau boleh jujur.

Pertengkaran tadi membuatku berantakan dan kesal. Beberapa orang bilang, cewek itu lebih mementingkan cinta daripada persahabatan, dan cowok kebalikannya. Aku tidak mempercayainya hingga sekarang, dan itu nyata. Sangat nyata.

Kutelepon Charlotte. Sayangnya ia tidak mengangkat. Kucoba menelepon Craig, walaupun mustahil ia merespon. Tak kusangka, kudengar suaranya di sebelah sana.

Bukan Craig. Suara Dan. "Apa, Kitten?"

"Aku sendirian sekarang. Di atap apartemen orang. Tidak punya tujuan mau kemana"

"Alright"

"Alright?"

"Akan kujemput kau, dan kita cari hotel untukmu tidur" Dan mengenalku dari suaraku. Aku sedang tidak ingin tidur di Apartemen malam ini, Dan tahu itu.

"Okay" sebelum kututup telepon, Craig bersuara, "Lihatlah, Daniel sekarang berlarian mengejar kereta untuk ke tempatmu. Keren. Haha"

Our Spotless Mind (Bahasa Indonesia)Where stories live. Discover now