Part 25

56 1 0
                                    

"Apa yang kau pikirkan?"

"Aku.. Aku ingin berhenti menyalahkan diriku tentang satu hal. Bukan hal yang indah, samasekali bukan. Kit Kat..." Panggilan itu, biasanya hanya Ben yang boleh memakainya. Kali ini, cintaku adalah Daniel. Ia dapat memanggilku apa saja. "Kit.... Apa aku membunuh Ben?"

Bohong besar. Ia pasti sudah setengah gila. Kugelengkan kepala, mengepalkan tanganku di balik punggung agar airmata tidak keluar. "Dan, kata dokter, itu penyakitmu"

"Namun terkadang aku memikirkan hal itu lagi san lagi, seperti kebiasaan dan aku tidak dapat menahan diri dari memikirkannya"

"Itulah penyakitnya, Dan"

"Aku tahu. Apa sebutan dari dokter? COD. OCD. entahlah, namanya sering tertukar. Aku tahu itu"

Ia tutupi wajahnya dengan tangan, lagi. Bukan pemandangan yang menyenangkan bagiku. "Aku terus menerus berpikir bahwa aku membunuh Ben"

"Tidak... Tidak, Daniel, kamu tidak melakukannya..." Kusenderkan kepalaku di bahunya, seakan akulah yang sakit dan lemah. Mungkin benar, karna aku merasa sekarat di dalam sini.

"Jantungnya melemah setelah kecelakaan, bukan?"

"Aku tahu kecelakaan itu"

"Jantung yang lemah itu membawanya pada kematian. Aku bersamanya, Kit Kat, aku dan dia, kita berdua berada dalam mobil. Harusnya aku yang mati jika ia tidak menjadi tamengku saat mobil yang kukendalikan tergelincir salju! Aku yang mengendalikan mobilnya! Dia yang menjadi tameng--"

"Itu tidak masuk akal!" Teriakku, "Kau tidak membunuhnya, tidak sama sekali!" Dia tidak pernah bercerita tentang rasa bersalahnya, bahwa ia merasa bersalah untuk suatu hal yang bukan salahnya. Dokternya bilang ia baru mau membuka mulut tentang hal ini di Marveu Hospital.

"Yeah itu tidak masuk akal. Ia melakukannya karna memang ia selalu menjadi penyelamat, ia memang sangat baik, bukan? Dan aku mahir mengendarai mobil, tapi salju saat itu tidak mendukung kami. Tidakkah ini gila, Kit?" kutatap matanya. menggelengkan kepala.

Our Spotless Mind (Bahasa Indonesia)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum