Part 13

54 1 0
                                    

"Aku punya dua tiket ke bioskop, kamu lagi luang, kan?"

Aku suka bioskop, jatuh cinta dengan suasana gelap dan layar raksasa. Aku belum pernah mengunjungi bioskop di London, dan sebenarnya penasaran ingin membandingkan bioskop di sini dan di Irlandia. Mengajakku ke bioskop itu ide yang bagus, namun aku tidak merasa nyaman dengan Charlotte. Maksudku, dia itu orang asing dan aku juga bukan siapa-siapa. Aku merasa sangat kecil di sebelah orang semacam Daniel. Mereka nakal dan tahu dunia lebih baik dariku, mereka punya kesenangan sendiri dan aku bersama istanaku sendiri. Mereka tidur dengan cewek yang baru mereka temui, sedang aku masuk dalam kategori orang seperti Ben, yang menghormati pasangan dengan cara kami sendiri.

Tapi Charlotte menang--ia membujuk, atau lebih tepatnya, memaksaku. Dan hasilnya, tidak begitu buruk. Dia mentraktirku penuh, dan tidak berbicara tentang hal-hal nakal atau apapun.

Setelah nonton, aku merasa lelah sekali namun Charlotte mendorongku ke mobilnya dan aku hanya bisa okay okay sambil tertawa. Dan dengan begitu, kami berteman. Aku tidak berpikir seseorang yang tahu dunia lebih luas akan menjadi masalah bagiku lagi.

Sebetulnya, dia mengejutkanku, karna ia mengantarku ke rumahnya. Anak-anak seperti ini, biasanya lagi membuat party di rumahnya, makanya aku diajak berkunjung. But it wasn't.  Hanya ada beberapa anak yang membicarakan hal yang berbeda tiap detiknya. Aku ikut bergabung, dan semakin lama menjadi nyaman. Kawan-kawan pertamaku di London (setelah Daniel, tentu).

Mereka bertanya padaku di universitas apa aku kuliah, dan dari mana aku berasal. Pendekatan pertama dalam pertemanan. Jawabanku membuat mereka teringat Ben, karna universitasku adalah kampus impian Ben. Mungkin Ben terlalu bersemangat hingga seluruh dunia tahu hal itu. "Kamu ceweknya Ben, kan?" Dan ya, i am, thankyou for asking.

"Daniel pengen ke Oxford sebenarnya, kau tahu, tapi kupikir ia berubah pilihan"

"Kenapa? Kenapa tidak?" Tanyaku. Sayang sekali. Bodoh sekali Daniel.

"Kamu tidak tahu? Dia bilang dia akan mencoba sign in ke University of London"

Universitas London keren, tapi Oxford jauh lebih baik. Aku ingin membicarakannya dengan Daniel, namun Maaf, nomor yang anda tuju bla bla bla bla menggagalkan niatku, jadi aku pulang ke rumah (dengan mobil Charlotte) dan tidur. Tidur hingga esok harinya.

Our Spotless Mind (Bahasa Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang