Part 15

52 1 0
                                    

Aku bertanya-tanya pada diri sendiri, ada apakah gerangan dengan sosok ceria yang ber-Skype denganu, sosok yang mengurangi rasa sedihku akan Ben, yang sering memuncratkan tawanya seakan tidak pernah tertawa sebelumnya. Apa ini, yang duduk di sampingku sambil mendengak pil dengan tangan bergetar, adalah Daniel?  Yang kulihat hanyalah cowok depresi yang menatap mataku seakan ingin membuka seluruh rahasianya. Ini adalah bukti bahwa internet tidak membuat kita mengenal orang lain dengan lumayan baik.

"Ada apa, Daniel?" Tanyaku, menggenggam tangannya dengan telapakku. Selama ini ia selalu memasang telinganya untuk mendengaru menangis. Sekarang giliranku mengurangi rasa sedihnya.

"Su...susah dijelaskan, oke? Hanya saja.... Kau tahu" ia mengangkat tangannya, dan wajahnya tertutupi oleh tangan. Bahunya naik-turun bagai tidak bisa berhenti. Ia menangis. "Susah untuk dijelaskan, tapi... Oay, intinya adalah--by the way, kamu bisa menjaga rahasia, kan?"

Kuanggukkan kepala.

"Ada seorang anak kecil yang entah lahir dari siapa, dia sendiri tidak tahu siapa namanya, dan keluarga McCowell mengangkatnya jadi anak.... Kamu tahu, itulah aku, itulah kenapa Ben selalu menganggapku sebagai sepupu tanpa paman atau bibi. Walau begitu, aku bukan benar-benar sepupunya. Aku diadopsi, kalau kau mengerti. Keluarga McCowell merawatku dengan baik, sangat baik malah. Namun aku tetaplah diriku sendiri, seorang yatim-piatu yang merasa kehilangan. Ada bagian dari diriku yang belum kutemukan, yang masih hilang. Dan Ben, kau tahu.... Dia itu pendengar yang baik"

Aku mengerti. Aku tahu. Dia memang pendengar yang baik, berbicara dengannya membuatmu merasa bahwa telinganya hanya diciptakan untukmu. "Dan dia dapat mendengarkan, juga mengerti rasa kehilanganmu?"

"Kalau boleh jujur, dialah satu-satunya orang yang kuanggap benar-benar keluargaku. Keluarga McCowell sangat baik, dan bukannya aku tidak berterimakasih, namun terkadang aku butuh seorang pendengar. Hanya duduk di sana, mendengarkanku berteriak tentang orangtuaku yang entah siapa" kepalanya terangkat dari telapaknya, garis airmata sudah terbentuk di pipinya yang sekarang memucat. Efek dari obatkah? Kusentuh pipinya yang dingin. Ia bergetar. Efek dari obat. Sudah berapa lama ia mengonsumsi obat-obatan itu?

"Dialah satu-satunya keluargaku, Kittten, dan sekarang ia pergi"

Mungkin rasa kehilangannya akan Ben lebih besar dariku. Ia kehilangan seluruh keluarganya. Satu-satunya keluarganya adalah Ben. Aku memeluk lengannya dengan pelukan longgar, berharap dapat menjadi Ben untuk sesaat. Berharap pil itu tidak pernah ada untuk sedetik saja.

Our Spotless Mind (Bahasa Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang