15. Sang Pemimpin Bridal

Start from the beginning
                                    

Setelah sekian lama Agler tidak muncul di hadapan Rajawali, hari ini dengan begitu angkuh berdiri memimpin pasukannya. Agler turun dari motor dengan santai diikuti teman-temannya. Sambil berjalan, netra cowok itu menatap tajam sang pemimpin Regaz—Rajawali Ken Ahansa.

"Rajawali, kita berjumpa lagi. Apa kabar?" sapa Agler sopan tetapi terkesan meremahkan.

"Baik," balas Rajawali singkat.

"Ternyata mau diserang kapan pun lo bakalan siap. Gak nyangka gue."

"Sekarang lo lagi merasa takut?"

"Dalam mimpi lo," balas Agler ketus. "Sampe gue lumpuh pun gak bakalan takut sama lo. Lo itu gak ada apa-apanya, Ja. Sekali sentil langsung tepar."

Rajawali menarik sebelah sudut bibirnya. "Amnesia lo? Apa lagi ngomongin diri sendiri?"

"Cih. Sombong, sembilan bulan lalu lo menang cuma kebetulan. Enggak usah bangga."

"Enggak ada yang namanya kebetulan, Agler Dentara."

"Bagi gue ada. Lo itu enggak pantes jadi pemimpin Regaz. Pantesnya jadi babu. Ganti nama aja sana jangan Raja, biar enggak sok berkuasa."

Penghinaan ini disaksikan oleh ratusan pasang mata. Membuat Rajawali bertambah emosi.

"Banyak bacot!"

Rajawali menyerang lebih dulu. Berlari ke arah Agler untuk meninju pipi sang pemimpin Bridal. Tetapi, serangannya berhasil ditahan. Rajawali dengan emosi yang menggebu, terus melakukan serangan bertubi-tubi pada Agler—sampai kewalahan.

Sore ini terjadi baku hantam yang sangat ramai. Regaz VS Bridal. Kedua geng yang sama-sama terkenal sejak lama. Permusuhan dari dulu pun masih tetap ada. Terus turun-temurun dari generasi ke generasi.

Kedelapan sahabat Rajawali bermain sangat bagus. Mereka benar-benar melawan secara brutal, sama seperti sang pemimpin. Bahkan Tino pun yang bertubuh gendut, sangat bersemangat dalam berkelahi.

"Gal, gue bengek," ujar Tino di tengah-tengah tempur.

"Bertahan," balas Galen singkat karena sedang menghadapi dua musuh.

"Setop, setop. Emang lo enggak capek apa?" tanya Tino pada lawannya.

"Gue juga capek, gimana kalau istirahat dulu?"

"Beneran, ya, jangan boong."

"Iya, kita istirahat satu menit."

Tino mengangguk setuju. Mereka benar-benar berdiam diri tidak saling menyerang. Mengatur napas secara perlahan.

"Mulai lagi," seru Tino tiba-tiba. "Satu ... dua ...." Tino langsung menyerang lawannya pada hitungan kedua, membuat sang lawan jatuh terkapar tak berdaya karena belum siap menerima serangan.

"Berhasil, berhasil, berhasil, hore. We did it, we did it," ujar Ucup bernyanyi seperti Dora. "Hebat lo, Tin, enggak nyesel gue ngasih lo makan banyak."

Tino tidak menimpali, karena di belakang Ucup ada musuh yang akan menyerang. Dengan sigap Tino menendang perut anak Bridal.

"Gila, gila, gila. Lo habis nyelametin gue, Tin? Gak nyangka, terhura gue." Ucup mengusap matanya yang sama sekali tidak mengeluarkan air mata.

Ketika Tino dan Ucup bertos ria, detik itu juga balok kayu menghantam punggung mereka berdua. Membuat Tino dan Ucup jatuh tersungkur berjamaah.

Rajawali yang melihat itu sedikit terkejut. Dengan gesit dia menendang tulang kering Agler, lalu berlari membantai anak Bridal yang memukul Tino dan Ucup.

Agler susah payah berusaha berdiri. Badannya terasa remuk, belum lagi wajah tampannya yang lebam. Tidak mau membuang kesempatan, cowok itu berlari pergi mengendarai kuda besi. Anak buahnya yang melihat pun ikut kabur dari medan perang. Secara tidak langsung, Bridal mengakui sebuah kekalahan.

"Ja, udah. Lo bisa bunuh anak orang," peringat Anwar pada Rajawali yang masih membabi buta memukuli lawannya.

Melihat perkataannya tidak dihiraukan. Anwar menarik paksa tubuh Rajawali. "Banci lo, pergi sana!" teriak Rajawali geram pada anak Bridal yang habis dipukuli sampai babak belur.

"Kalian oke?" tanya Rajawali pada Tino dan Ucup yang sedang dirangkul oleh Billi dan Galen.

"Oke, Bos. Jangan khawatir, cuma pukulan ringan," balas Ucup sok kuat. Padahal sakit di punggunya lumayan mantap.

Baku hantam kali ini yang disaksikan oleh terbenamnya matahari, berakhir dengan Regaz meraih kemenangan lagi. Setelah ini, mereka akan masuk BR untuk saling mengobati.

"Kalau ada luka serius, langsung ke rumah sakit. Gue pulang dulu," pamit Rajawali pada anak buahnya.

"Ngapain?" tanya Anwar.

"Ambil kotak P3K."

"Di sini kan ada."

"Gak mau." Lalu Rajawali berjalan ke arah parkiran.

"Bos, tolong panggilin Ce Unah. Gue perlu dipijit," teriak Ucup membuat Rajawali berbalik badan.

"Oke. Lain kali kalau lagi tempur jangan bercanda," ujar Rajawali dingin. Wajar jika cowok itu marah, toh ini semua demi kebaikan mereka juga. Rajawali pasti hanya tidak ingin teman-temannya terluka.

Cepat-cepat Anwar memakai jaket kebanggannya, kemudian mengikuti Rajawali di belakang.

"Ada apa?" tanya Rajawali lelah.

"Gue mau ikut, siapa tau lo butuh bantuan gue saat ada musuh."

Rajawali tersenyum simpul. "Lo ngeremehin gue? Gue bisa jaga diri."

"Tapi lo enggak bisa jaga diri dari bokap."

Rajawali mengernyit bingung.

"Gue enggak mau lo dibantai lagi sama bokap sendiri."

"Bokap gue kayaknya enggak di rumah."

"Jaga-jaga, Ja."

Akhirnya Rajawali mengalah, dengan membiarkan Anwar mengikutinya.

Kami pulang membawa kebahagian atas kemenangan. Baku hantam untuk membela diri, mungkin masih bisa dimaklumi—Regaz angkatan 9.

****

RAJAWALIWhere stories live. Discover now