Chapter 57. Conclusion

20 1 1
                                    

Liam berwujud Android menerjang Hiro memancarkan [Phoenix's Aura]. Dia menarik pelatuknya, mengarahkan senapan ke arahnya. Tapi Hiro tidak menghindarinya. Sebaliknya, dia berjalan dengan santai. Langkah kakinya seirama, menatap Liam berwujud Android.

"Android ... kita selesaikan ini sekarang juga!"

Kedua pihak saling bertarung. Baik Liam berwujud Android maupun Hiro yang dalam [Phoenix's Aura]. Pedang miliknya terus diayunkan dengan mudah. Serasa tidak ada beban sama sekali. Liam berwujud Android terus menembaknya hingga energi tidak tersisa. Hiro menggunakan [Barrier]. Mementalkan sinar laser ke arah berlawanan. Joaquin-Allen terkejut [Barrier] yang digunakan sangat berbeda. Dari penglihatannya, ada empat lapis yang siap melindungi Hiro kapan saja.

"Hiro ... sejak kapan kau bisa menguasai [Barrier] sekuat ini?" gumam Joaquin-Allen.

Sebenarnya, dia berlatih dengan Yumi dan Rina. Belum lagi serangan bombardir dari para ksatria dan komando semacam Hans dan Norm. meski mereka terlambat, setidaknya kemampuan mereka ada sedikit peningkatan.

Hiro terus menekan serangan Liam berwujud Android. Tanpa ampun, dia terus menggunakan [Barrier]. Sampai Liam berwujud Android tidak mampu mengatasi sihirnya itu. Hiro berkali-kali memakai cara yang sama. Ternyata ada batasnya. Energi sihir yang digunakan cukup mengurasnya. Meski dia dari ras Isekai, tetap tidak menjamin dirinya bakalan bisa bertahan lama. Benar saja yang dikatakan olehnya. [Barrier] tersebut mulai memudar. Serta mengenai bahu kanan Hiro. Dia memegang bahunya, meringis kesakitan.

"Inikah akhir hidupku ... atau?"

Laki-laki itu hanya sedikit tersenyum. Hiro tahu maksud ucapannya sendiri. Langkah kaki Liam berwujud Android. Hiro tersenyum, menundukkan dagunya. Memastikan dirinya pasrah dengan tindakan selanjutnya.

Kemudian, Joaquin-Allen mengarahkan senjata dual revolver gun kepada Liam berwujud Android. Setelah itu, Pria bertopeng Oni melemparkan dua buah kunai berisi mantera penyegelan. Kedua telapak tangan saling berkoneksi melalui dua jari telunjuk dan jempol. Dia melayang di udara sambil menekan dua buah kunai tersebut.

"[Shadow Movement] [Darkness Tree]!"

Pergerakan bayangan dari kekuatan milik Pria bertopeng Oni, mengikat kedua tangan Liam berwujud Android. Lalu dia membuka gulungan warna emas. Tapi kali ini tulisannya lain. Dia membacakan sesuatu, lalu tulisan tersebut berada di langit. Menyebar hingga langit menjadi mendung. Sebuah kaki keluar dari tulisan itu. Muncul soosk yang tidak begitu asing. Boneka topeng LED ikut menyatu ke dalam tubuhnya. Satu persatu, mulai menampakkan batang hidungnya. Berkepala elang, tubuh manusia dipenuhi otot bisep dan trisep. Bukan itu saja. Makhluk itu memiliki empat lengan di punggungnya. Mirip dengan Shiva.

"Hiro, waktuku hanya sebentar untuk menggunakan ini. Cari kelemahannya dan bebaskan Liam segera," perintah Pria bertopeng Oni.

"Ok!"

Makhluk berkepala elang itu beradu kekuatan fisik dengan Liam. Kedua pihak sama-sama tidak mau mengalah. Pria bertopeng Oni berusaha sekuat tenaga untuk tidak mau kalah dengan Liam berwujud Android. Tekanan sihirnya sangat kuat, sehingga tidak ada yang berani menyentuh mereka kecuali para ras Isekai. Joaquin-Allen naik ke lembah, mengisi peluru Coach Gun sambil mengarahkan bidikan ke Liam berwujud Android.

"Pak Tua ... apa yang kaulakukan dengan tubuhku?" tanya Joaquin.

"Kau ingin membantuku? Cepat ambil alih segera. Aku akan fokus untuk membidiknya,"

"Y-ya. Aku tidak mengerti semua ini. Tapi baiklah kalau itu maumu," katanya

Joaquin ambil alih tubuhnya yang sempat dipakai. Allen mengakui akan konsentrasi kepada bidikan ketimbang serang beruntun. Dia belajar dari kesalahan sebelumnya. Tapi Allen tidak mau membicarakan untuk saat ini.

Another World Chronicles [END Volume 1-3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang