Chapter 03. Allen McCarthy

256 24 21
                                    

"Your attention please, passengers of Air Arabaia on flight number 30153 to Casablanca Mohammed V Airport, Morroco, please boarding from door A5. Thank you,"

Pria tua berambut putih mengecek jam menunjukkan pukul 20.00. Tidak seperti biasanya pesawat mengalami delay dua jam lamanya. Dia mengejar pesawat karena ada kepentingan bisnis di Maroko. Terutama pertemuan dirinya dengan klien.

"Kenapa baru sekarang pengumumannya?" keluhnya.

Tas yang dibawa olehnya berupa buku disertai kamera digital dan paspor. Dia simpan baik-baik supaya tidak terjatuh atau tertinggal. Meski berhati-hati, tidak masalah kalau barang kecil ditinggal di bandara. Botol minuman air misalnya. Memang dalam bandara, tidak diperbolehkan membawa botol minuman dikarenakan dapat membuat rakitan bom dengan menggunakan cairan. Oleh sebab itulah, petugas tiap bandara mengerahkan pengawasan yang ketat. Baik logam detector disertai x-ray.

"Allen McCarthy!"

Suara tersebut dari laki-laki yang dia kenal. Yaitu Roger Devone. Partner kerjanya. Rambut blonde dengan kumis tipis dan nyaris tidak ada rambut di bagian janggut. Pakaian yang dikenakan sama persis dengan Allen. Yaitu kemeja blazer abu-abu dengan dasi warna merah. Sedangkan Allen warna biru. Ditambah lagi, Allen memiliki bullpen yang disimpan di saku kemejanya.

"Jangan memanggil nama lengkapku. Aku kan sudah kubilang," keluh Allen.

"Maaf, maaf. Habisnya kalau tidak begitu, nanti kau tidak akan mendengarkanku," ucap Roger.

Untuk terakhir Allen mengerti hal itu. Maklum, usianya sudah berkepala lima. Sedangkan Roger separuh umur lebih muda darinya. Terlihat lebih energik dibandingkan Allen. Dia mengingatkan akan masa-masa mudanya. Apalagi, fisiknya sudah tidak muda lagi.

"Lalu ... apa kau kesini hanya untuk mengincar gadis yang kau ajak tidur?"

"Kenapa anda berkata demikian?" tiba-tiba intonasi Roger berubah menjadi formal.

Sepertinya Allen salah berucap. Roger memang dikenal sebagai sosok flamboyant di mata para wanita. Selain mudah menarik pikat wanita, dia selalu mengutamakan wanita di atas kepentingan diri sendiri. Hal itu membuat Allen pusing menghadapinya. Apalagi Roger akan meneruskan pekerjaannya sebagai mercenary contractor. Sebuah pekerjaan kontraktor bagi para prajurit yang minta disewa oleh beberapa eksekutif dan pejabat untuk melindungi dari ancaman bahaya.

"Cuma bercanda, Roger. Lagipula, aku tahu persis sifatmu seperti itu. Jadi aku memakluminya asalkan kau bisa membedakan antara urusan pribadi dan bisnis," nasehat Allen kepada Roger.

"Baik, baik. Tanpa perlu kau kasih tahu pun aku sudah paham," intonasi nada berubah kembali menjadi akrab,

Keduanya berjalan menuju pintu gerbang A5. Allen menunggu Roger yang katanya sarapan di café. Dia menolaknya karena sudah makan pemberian dari istrinya.

"Oh ya ... apa kau tahu tujuan kita di Maroko?" ekspresi Roger berubah menjadi serius.

"Sepertinya Taipan asal Abu Dhabi menyewa jasa kita untuk melindungi pangeran,"

"Serius? Memangnya pangeran tersebut umurnya berapa?" tanya Roger tidak bisa mengungkapkan keterkejutannya.

Allen mengecek smartphone miliknya. Dia menunjukkan inti percakapan disertai foto kepada Roger. Terlihat Pangeran sangat muda dan kurus. Berambut pendek dan mengenakan peci putih bermerek. Matanya menunjukkan kepribadian yang polos dan imut. Roger ingin sekali memeluk pangeran tersebut.

"Umur 10 tahun. Dan jangan coba-coba memeluknya. Karena bisa-bisa kau dianggap pelecehan seksual di bawah umur," ancam Allen bernada bercanda.

Roger tertawa masam mendengarnya. Dia tidak mungkin bertindak semacam itu. Apalagi di depan kliennya. Tapi bagi Allen, ini sudah kesekian kalinya menerima orderan untuk melindungi anak kecil. Terakhir kali dia menerima ketika Pengusaha asal Tiongkok, meminta kepadanya untuk melindungi anak kecil dari serangan teroris. Hasilnya sukses besar. Bukan itu saja, nama Allen terkenal dikarenakan pernah bekerja sama dengan kepolisian setempat. Meski demikian, dia tidak rela apabila reputasinya tercemar gara-gara skandal yang dilakukan oleh penerusnya. Oleh sebab itulah, Allen sangat selektif dalam mencari penerusnya. Hasilnya, Roger Devone adalah calon penerusnya. Tentu saja keduanya sama-sama kewarganegaraan Inggris walau memiliki banyak paspor palsu. Disimpan di tas. Allen sengaja tidak menyimpan senjata api di dalam koper. Malahan, ditaruh di boks terbuat dari gabus. Supaya tidak terdeteksi oleh X-ray.

Another World Chronicles [END Volume 1-3]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant