Chapter 17. First Fight & Bad Dreams

54 4 0
                                    

Bank di daerah Tokyo sudah menjamur di ibukota Jepang. Total ada puluhan cabang yang ada di sana. Meski demikian, tempatnya cukup strategis dan dijaga oleh salah satu satpam bersenjata pistol revolver jenis lama. Bukan itu saja. Setiap teller dilengkapi tombol merah alarm polisi. Tepatnya di bawah meja.

Yumi Hitomachi bersama pamannya, Kuredo Asahiro membuat rekening baru untuknya. Gadis berambut twintail pendek senang menerima uang dari Pamannya. Ditambah lagi, beliau mengajarkan caranya menabung.

"Lama," rengek Yumi.

Namun rengekannya tidak digubris oleh Paman Kuredo. Rambut hitam tidak disisir rapi, berkumis tebal, janggut tidak dicukur rapi serta ada kantung tebal pada bagian mata.

"Paman. Kenapa sih kita harus menabung lebih dini? Aku tidak mengerti,"

Yumi mencoba memahami pemikiran paman Kuredo. Sesampainya di sana, beliau sedan berbincang dengan Teller. Terlihat percakapannya serius.

"Yumi-chan, paman mau ke tellernya. Jangan ke mana-mana ya,"

"Baik, Paman!"

Dia duduk manis di kursi. Mengamati para nasabah yang sibuk mengantri dengan rapi. Terlihat antreannya cukup panjang. Tapi dengan sabar, mereka menunggu. Yumi melihat para nasabah mengecek jam, membaca buku hingga celingak celinguk apakah antreannya lama.

Tidak terasa, Yumi bosan menunggu pamannya pergi terlalu lama. Dia berdiri, merapikan kursi menuju tempat Paman bertemu dengan teller. Ketika bertemu, dia begitu cantik. Menggunakan Make up riasan tebal. Yumi penasaran make up apa yang dipakai olehnya. Langkah berjalan dengan penuh hati-hati. Tatapan matanya tidak lepas dari kedua insan sedang dimabuk cinta.

Keduanya masih menjaga profesionalitas meski sedang mabuk asmara. Paman Kuredo dan teller sedang mengamati sekitar. Takut ketahuan oleh atasan atau Manager.

"Lalu, bagaimana dengan Yumi, sayang? Apakah bisa dicairkan secepatnya?"

"Tenang saja. sudah bisa diatur kok. Yang penting urusan ini dan itu sudah selesai,"

"Enteng sekali ucapanmu," nyengir Paman Kuredo.

Teller berambut hitam lurus tersenyum manis. Membalas tatapannya. Membuat kedua insan lupa akan dunia nya. Yumi hanya bisa melongo melihatnya. Tidak mengerti apa yang dibicarakan.

Dia berjalan pelan, melangkahkan kedua kakinya penuh hati-hati. Setelah itu, dia memperhatikan uang yang dipegang oleh Paman Kuredo. Sepertinya, angka nominalnya cukup besar.

"Makasih,"

Tiba-tiba, kecupan dari teller mengenai pipi kanannya. Sembari membisikkan sesuatu, Paman Kuredo tersenyum tipis mendengarnya. Setelah itu, dia pergi bergegas menuju pintu keluar. Langkah kakinya semakin cepat. Hal itu membuat Yumi penasaran.

"Paman ... barusan itu apa?"

"Rahasia,"

Jawaban singkat dari Paman Kuredo, membuat Yumi semakin penasaran.

~o0o~

Sesampainya di rumah, Yumi mendapatkan pesangon sejumlah 10,000 yen. Jumlah uang cukup besar bagi siswi TK. Orang tua Yumi terheran-heran dengan pendapatan yang melonjak naik. Tidak lupa juga membagikan saudara-saudara terdekatnya. Termasuk Ayah Yumi.

"Tidak mungkin!"

"Kuredo, bagaimana bisa mendapatkan uang sebanyak ini?" ucapnya mengerutkan kening.

Another World Chronicles [END Volume 1-3]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant