Chapter 50. Joaquin's Performance and Hiro's Strength

30 0 0
                                    

"Siapa dia?" tanya Hiro dari kejauhan.

"Dia mengenakan poncho, topi sombrero dan dual revolver gun. Tapi aku tidak tahu siapa dia. Apa dia musuh atau bagaimana?" gumam Rina.

"Kita harus ke sana segera. Hiro-dono, Liam-dono, kita bertiga langsung melaju!"

"Lalu bagaimana denganku?" tanya Rina.

Tidak ada sepatah kata pun darinya. Hiro melirik mereka berdua. Tatapan kedua gadis itu memancarkan tekad luar biasa. Hiro memejamkan mata.

"Norm ... kau bawa pasukanmu untuk mencari prajurit yang bertahan. Kami berempat akan menyerang Raja Ars!"

"Hiro, aku tahu kau sangat kuat. Tapi lebih baik hentikan. Ini demi kebaikan kalian sendiri—"

"Aku tahu itu! Tapi yang jadi permasalahannya adalah mereka masih punya kartu as lagi. Seandainya mereka telah membunuh kalian berdua, kami harus ngomong apa ke Yang Mulia Kaisar! Untuk saat ini, beri kami waktu untuk mengalahkannya," sela Hiro.

Liam tersenyum mendengarnya. Di saat begini, Hiro sudah memikirkan sejauh ini. Dia menepuk pundak Hiro sambil tersenyum.

"Yang dikatakan Hiro benar. Pangeran Phillip dan Norm, sebaiknya simpan tenaga kalian untuk melakukan pertarungan terakhir. Siapa tahu, kalian ikut bersama kami, mereka akan langsung membunuh kalian di tempat. Dan posisi kami sebagai Ras Isekai akan terpojokkan. Apa kalian tidak mau melihat Kaisar Erwin lebih menderita dari ini?"

"Apa yang kau bicarakan, Liam-dono?" tanya Hans kebingungan.

"Kaisar Erwin mengalami luka dalam ketika pertarungan melawan Pria bertopeng Oni. Tapi sampai sekarang, dia tidak menyesali pertarungan itu. Yang dia sesali adalah ketidakberdayaan ketika salah satu dari kalian gugur di medan perang," ujar Liam.

Hiro berdecih kesal. Rina dan Yumi tidak mampu menahan tertawa melihat tingkah lakunya. Dia membuang napas, langsung menepuk kedua pipinya untuk fokus. Sementara para prajurit bersamanya saling memandang. Begitu juga dengan Norm, Pangeran Phillip dan Hans.

"Aku ingin bertanya satu hal kepada kalian berempat?"

"Apa itu, Pangeran?" tanya Rina.

"Menurut kalian, apakah kami semua pengganggu?"

"Ya. Itu benar!" kompak mereka berempat menjawab.

"Jawabannya jangan blak-blakkan begitu, dasar bodoh!" bentak Hans kepada mereka.

Mereka tertawa bersama. Tidak menyangka ada orang yang berbicara secara terus terang kepada keluarga kerajaan. Hans terheran-heran sekaligus lega.

"Baiklah. Kuserahkan Raja Ars kepada kalian. Kami akan datang sebagai bala bantuan. Semoga beruntung!" teriak Hans memecut kudanya ke arah timur.

Hanya tersisa empat orang. Rina, Yumi, Hiro dan Liam bergegas menuju ke lokasi. Tempat di mana laki-laki bertopi sombrero bertarung.

Sementara itu, Joaquin selesai menembak. Dia mengisi peluru sejumlah 12. Sambil memperhatikan Pria bertopeng Oni dan seorang laki-laki dipenuhi amarah. Mereka berdua mengalami kelelahan. Baik secara fisik maupun mental. Ditambah dua orang terbujur kaku bersimbah darah.

"Pak Tua ... kenapa ada korban di sini?"

"Seharusnya kau tidak bertanya seperti itu. Pertanyaannya 'siapa yang telah membunuh mereka berdua'. Begitu," bisik Allen.

Joaquin membetulkan topi sombrero nya. Menatap tajam ke Raja Ars.

"Oi, kau yang ada di sana. Apa kau telah membunuh mereka berdua?" tanya Joaquin.

Another World Chronicles [END Volume 1-3]Where stories live. Discover now