part 12

121K 7.7K 38
                                    

"Ayo pulang Raka" Kata Alfian sambil memakai kembali jasnya.

"Tuan besar meminta Tuan untuk datang ke rumahnya"

"Untuk apa? Aku ada janji dengan temanku nanti" Balas Alfian sambil melihat jam yang telah menunjukkan pukul 5 sore

Raka hanya bergeming tanpa memberi respon. Ia tau dua orang Rahardhja ini sama keras kepalanya.

"Baiklah, Ayo kita ke rumah kakek tua itu" Putus Alfian

================================

"Dimana Kakek?"Tanya Alfian pada seorang pelayan

"Tuan besar ada di halaman belakang,  Tuan" Jawab kepala pelayan itu

Alfian segera melangkahkan kakinya menuju taman belakang. Sesampainya disana, Ia melihat kakek tengah menyiram tanaman.

"Rupanya Tuan besar sekarang telah menjadi tukang kebun"Ledek Alfian

Kakek yang mendengar olokan cucunya itu tersenyum tipis
"Ya, Aku suka melakukan ini. Lagipula untuk apa Aku mengurus uangku, jika sudah ada cucu yang merangkap sebagai pembantu di perusahaanku"

Alfian mendecih mendengar perkataan kakeknya. Kakek dan cucu yang satu ini, tidak pernah sekalipun akur. Mereka pasti saling meledek satu sama lain jika bertemu

"Kenapa menyuruhku kemari?"Tanya Alfian tanpa basa basi

"Bantu Aku menanam pohon ini dulu sini"Perintah kakek sambil memegang pupuk

"Tidak mau"

Kakek menatap Alfian "Bantu aku atau ku keluarkan kau dari perusahaan?"

"Keluarkan saja. Perusahaanku sudah berkembang dengan baik dan aku yakin dalam 5 atau 7 tahun pasti akan mengalahkan Rahardja"Balas Alfian sambil tersenyum mengejek

Kakek membulatkan matanya mendengar jawaban dari cucu kurang ajarnya "Cucu sialan"Umpat kakek

Alfian terkekeh mendengar umpatan kakek. Kakeknya ini sudah Tua tapi sering sekali mengumpat.

"Cepatlah, Aku lelah mengurus perusahaan. Pekerjaanku banyak dan menguras tenaga untuk berpikir, tidak seperti tukang kebun"

Kakek mendengus mendengar Alfian. Cucunya ini sangat tidak tau diri, jika bukan karena kekayaannya mana bisa ia membangun perusahaan sendiri.

"Duduklah. Aku dengar Kau belum juga menandatangani surat cerai itu"

Alfian mengernyit mendengar ucapan kakeknya

"Tidak usah kau pikirkan aku tau dari mana. Biarpun tukang kebun, Aku memiliki banyak informan handal"Balas kakek sambil tersenyum pongah

"Kau pasti tidak rela bercerai dari Sara kan?"

Alfian tersenyum miring "Kata siapa? Jangan mengatakan hal yang tidak mungkin. Masih banyak perempuan diluar sana yang mengharapkanku, jadi untuk apa aku tidak rela pisah darinya?"

"Sombong sekali. Lalu kenapa?"

"Ini urusanku. Kakek tidak perlu tau"Balas Alfian serius

"Ya.. Ya,ini urusanmu. Tapi Aku ingatkan, jangan menyakiti Sara. Ia anak yang baik. Jika kau hanya berniat untuk mempermainkannya, lebih baik kau urungkan niatmu"

"Sudah ku bilang, ini urusanku"Tekan Alfian

"Memang, Aku hanya mengingatkanmu. Dendam seorang perempuan sangat menyeramkan. Jangan sampai kau menyesal"Kata kakek dengan gurat kecewa melihat kelakuan cucunya.

"Menyesal? Kakek dulu pernah bilang padaku. Menjadi seorang Rahardja tidak boleh menyesal, apapun langkah yang kita ambil pastilah yang terbaik"Balas Alfian

Kakek hanya menghembuskan napasnya kasar. Cucunya ini memang sangat pintar berkata-kata. Ia menyerah menasehati Alfian, biarlah apapun keputusan yang diambil nanti. Tapi Ia sudah berjanji, jika Alfian menangis karena Sara nantinya. Ia akan menjadi orang pertama yang tertawa.

sara (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang