part 46

75.9K 5.1K 80
                                    

Sara merebahkan dirinya dikasur dan masih asik dengan tayangan televisi didepannya dengan setoples keripik. Ia memilih berada di unit depan pemberian Alfian untuk Nesya. Sedangkan pria itu entah kemana, setelah mengantarnya pulang Alfian hanya berkata ada pertemuan dengan klien.

Sedangkan Nesya sejak tadi mondar mandir didepannya mencoba bermacam pakaian dengan wajah yang sudah mengenakan riasan.

"Aku ikut dengan kalian"Ucap Sara kesekian kalinya

Malam ini Nesya dan Noah akan pergi bersama ke club. Kebetulan club itu mengundang artis dan Dj ternama malam ini.

"Tidak. Aku tidak ingin mengambil resiko berurusan dengan Alfian"

"Aku bisa menjaganya. Lagipula Aku hanya bosan, tidak mungkin juga Aku minum dan membahayakan anak ku sendiri"

"Kau pikir mantan suami mu itu bisa mengerti? Pokoknya Kau diam saja disini. Jangan macam-macam, cukup jaga si Baby Rahardja"Kata Nesya yang sedang menggunakan stilettonya disamping Sara.

Sara hanya mendengus malas dan tidak menanggapi pertanyaan Nesya tentang penampilannya malam ini.

"Jangan sedih bumil. Sebentar lagi juga Alfian sampai"

Mendengar ucapan Nesya membuat Sara otomatis menatapnya. Ia memicingkan mata sebelum bertanya "Sejak kapan Kau berhubungan dengan pria itu?"

Merasa terpojok, akhirnya Nesya mengaku "Sejak Ia mau membelikan dua tas ini"

Nesya meringis dan tau bahwa Sara akan meledak sebelum melanjutkan "Hei.. Jangan marah dulu. Lagipula tidak ada yang dirugikan disini dan siapa yang mampu menolak dua tas seperti ini" Nesya mencicit ketika mengatakan kalimat terakhir sambil mengangkat dua tas mewah yang baru dia keluarkan dari dustbag.

"Sudah ya. Noah sudah dibawah"Kata Nesya yang langsung pergi menghindari omelan temannya itu.

...

Setelah Nesya pergi, Sara memilih untuk kembali ke unitnya. Ia malas jika berada di unit Nesya karena temannya pasti akan pulang dalam keadaan mabuk. Dan mengurus orang mabuk dengan kondisi perutnya yang sudah besar seperti ini pasti sangat melelahkan.

Sara duduk diruang tamu sambil melihat-lihat katalog produk bayi melalui ipad miliknya. Tak lupa semangkuk salad dan jus menemani dirinya.

Saat sedang asik berbelanja, terdengar suara pintu terbuka. Pelakunya sudah tentu Alfian, pria itu sempat menanyakan apakah dirinya sudah makan. Yang tentunya sebuah pertanyaan basa basi karena tidak mungkin Alfian tidak dapat melihat mangkuk yang ada dihadapannya.

Pria itu berlalu ke kamar Sara dan keluar 20 menit kemudian dengan baju yang sudah berganti serta nampak segar.

Kemudian Alfian menghampiri Sara dan merebahkan dirinya disofa dengan berbantalkan paha Sara.

"Sedang apa?"

Sara tidak menjawab namun memperlihatkan ipad miliknya pada Alfian.

"Tidak mau membeli langsung? Aku temani"

"Nanti. Aku hanya membeli perlengkapan yang besar saja disini"

Lama keheningan menguasai ruangan itu. Alfian membalikan kepalanya menghadap perut Sara. Ia mengecup dan membelai-belai disana.

"Kapan kita menikah lagi?"

Tak mendapat jawaban dari Sara atau lebih tepatnya perempuan itu mengabaikan pertanyaannya membuat Alfian bangkit dan menatap Sara dalam.

"Aku serius"

"Kau pikir semudah itu? Aku menerima mu disini karena terpaksa. Jangan berharap terlalu banyak"Jawab Sara

Alfian tersenyum miris "Terlalu banyak?"

Sara memalingkan wajahnya, Ia berusaha mengatur emosinya. Toh, Ia dan Alfian sudah tidak memiliki hubungan apapun kecuali hubungan sebagai orangtua untuk anaknya. Jadi Sara tidak perlu mengkonfrontasi alasan dirinya yang tidak mau kembali bersama Alfian dan harusnya pria itu tau diri akan kelakuannya dulu.

"Aku minta maaf untuk sikapku ketika kita masih bersama. Namun, sejak kita menikah Aku tidak pernah sekalipun bermain dengan wanita lain"

Sara tertawa meremehkan Alfian. Tidak pernah bermain wanita katanya? Lalu yang Sara lihat diruangannya itu siapa?

Alfian yang melihat senyum meremehkan Sara terdiam. Ia tersenyum pahit sebelum meninggalkan Sara menuju kamar. Entahlah, Ia sangat sensitif sekarang. Malam ini juga Alfian mengabaikan kebiasaannya untuk membuatkan wanita itu susu.

...

Dua hari berlalu, kondisi apartemen yang memang sepi bertambah dingin terutama dimalam hari. Penyebabnya tentu saja Alfian yang sudah dua hari sejak pembicaraan itu tidak berbicara pada Sara.

Dan Sara tentunya malas untuk membuka obrolan walau hanya sekedar menanyakan hal remeh. Ia sadar pria itu tersinggung oleh sikapnya.

Pria itu juga menghindari Sara walaupun masih pulang setiap hari ke apartemen. Tapi Alfian akan berada di ruang tengah mengerjakan pekerjaannya sebelum masuk ke kamar untuk tidur dengan posisi memunggungi Sara.

Sara hanya bisa menahan dongkol melihat pria itu. Entahlah, Ia kesal mengapa Alfian bersikap seperti mereka sepasang suami istri yang sedang bertengkar.

"Sara"

Sara berjengkit kaget mendapat tepukan dibahunya. Ia melihat Nesya baru tiba dan tersadar dari lamunannya.

"Kenapa melamun?"

Sara hanya menggelengkan kepalanya "Kau tidur dimana semalam?"

"Di unit ku"

"Kau tidak berbohong? Aku berkali-kali menekan bel tadi"Tanya Sara sambil memicingkan matanya

"Aku tidak dengar suara bel"

"Kau tidak menyentuh makananmu?" Lanjut Nesya bertanya

Sara hanya berdeham, tidak menjawab apa-apa. Ia juga bingung sejak kemarin nafsu makannya menurun. Tidak lagi excited ketika melihat makanan.

Mungkin besok Ia akan menanyakan ke dokter kandungan sekalian kontrol bulanan. Deringan ponselnya berbunyi.

Sara melihat nama Kakek Damian yang menelpon kemudian mengangkatnya "Oh, Kakek sudah sampai?"

"Aku pergi dulu"Pamitnya pada Nesya.

Tbc

*Special Chapter I sampai IV tersedia di Karyakarsa dengan nama akun yang sama (suhoca)


sara (END)Where stories live. Discover now