part 32

89.2K 5.5K 62
                                    

Alfian merebahkan dirinya dikamar, sedangkan Sara tengah membersihkan dirinya. Setiap kali sudah selesai dari kesibukannya, Ia selalu memikirkan setiap keputusan yang Ia ambil. Termasuk pembicaraan dengan Kakeknya sebulan yang lalu.

Hati dan logika Alfian entah mengapa beberapa waktu ini selalu bertolak belakang. Niatnya meninjau proyek kali ini adalah sekalian menyegarkan pikiran. Namun, semua ini malah menambah perdebatan dalam pikirannya sendiri.

Mata Alfian yang terpejam kembali terbuka dan menemukan sumber suara yang menganggu itu. Meraih handphone Sara yang terus berbunyi. Ia mendecih sinis melihat nama penelepon itu, sebelum menolaknya dan mematikan handphone Sara.

Biarlah kali ini, Ia akan egois untuk memuaskan keinginan hatinya.

....

Entah ada apa dengan pria itu yang tiba-tiba memaksa Sara untuk ikut dengannya. Sudah berkali-kali bertanya kemana tujuan mereka, tetapi Alfian hanya menjawab "Tidak perlu banyak bertanya, Kamu akan tau nanti"

Akhirnya Sara diam, pasrah dengan segala kerandoman laki-laki disampingnya ini.

Setelah hampir satu jam perjalanan, mereka mulai memasuki kawasan hutan pinus yang rindang. Alfian membuka sunroof mobil untuk menikmati pemandangan. Mereka hanya pergi berdua dengan Alfian sebagai supirnya.

Menikmati hembusan angin dan sinar matahari yang menembus sela-sela pohon. Hingga Alfian memarkirkan kendaraannya di sebuah pondok dan mereka disambut oleh pihak pondok tersebut yang nampaknya sudah menunggu mereka.

Alfian berjalan mengikuti pemandu yang diikuti Sara dibelakangnya sampai tiba disebuah danau yang jernih airnya.

Di danau tersebut terdapat dermaga dengan sebuah speedboat yang bersandar disitu yang sepertinya sudah disiapkan. Alfian naik terlebih dahulu, menyisakan Sara yang hanya berdiri menatap pria itu.

"Cepatlah naik"Perintah Alfian kemudian pria itu mengulurkan tangannya yang diabaikan oleh Sara.

Sara lebih memilih berpegangan pada badan speedboat yang dibalas decakan kesal Alfian.

Begitu Sara naik, Alfian langsung menjalankannya speedboat tersebut. Sara terkejut melihat sang pemandu tidak ikut naik ke dalam kapal. Pria gila ini yang mengendarainya sendiri.

"Hei.. Kau ingin membunuhku? Apa Kau benar-benar bisa mengendarai ini?"

"Disana ada pelampung. Tapi Aku dengar danau ini penuh dengan ikan predator"

Sialan, pria ini membuat Sara tidak bisa menikmati keindahan danau. Walaupun Alfian bohong tentang ikan predator itu, tetap saja Ia khawatir akan hal-hal yang mungkin saja terjadi.

"Nikmati saja"

Alfian mengatur supaya speedboat itu berhenti ditengah danau dan Ia ke belakang untuk mengambil minuman kaleng dan duduk dibangku belakang. Kegiatan Alfian sedari tadi diikuti oleh Sara yang tidak berani sendirian.

Alfian membukakan minuman untuk Sara. Mereka duduk disitu tanpa berbicara. Hingga suara Alfian memecah keheningan.

"Aku pernah kesini beberapa tahun yang lalu"

"Tempat ini indah, tetapi sangat sunyi"Balas Sara yang mulai menikmati danau ini walau rasa takut masih ada dalam dirinya.

Alfian mengangguk sambil menenggak minumannya.

"Mengapa Kau seolah-olah tidak ingin melepas Aku setelah kita berpisah?" Tanya Sara

"Kau merasa seperti itu?"

Sara menghela napasnya, sudah lama Ia ingin menanyakan hal ini pada Alfian "Bukan hanya perasaanku, tapi semua kelakuanmu memang seperti itu"

"Dari awal kita menikah sebenarnya ada yang membuatku penasaran. Kau sama sekali tidak menolak perjodohan ini dan sepertinya Kau tidak mendapat keuntungan apa-apa karena perusahaan Ayahku sangat jauh berada dibawah Rahardja"

"Entahlah. Mungkin memang keberuntunganmu bertemu dan menikah denganku"

"Keberuntungan katamu?"

Alfian hanya tertawa kecil melihat Sara yang sudah melotot itu.

"Lalu mengapa Kamu menerima semua kelakuanku?"

"Aku hanya penasaran motif dan tujuanmu melakukan semua ini"Jawab Sara sembari memberi tatapan menyelidik pada Alfian.

"Kau mau menikah denganku kembali?"

Sara hampir menyemburkan minumannya mendengar pertanyaan pria itu.

Alfian menepuk-nepuk punggung Sara yang tersedak. Ia tertawa melihat respon Sara.

"Segitu bahagia nya mendengar ajakanku?" Tanya Alfian sambil menaik turunkan alisnya meledek Sara.

"Bahagia your ass"

"Kamu sudah pernah memegangnya"

Sara sudah lelah menanggapi pria yang sepertinya kurang waras ini.
"Cepat jalankan kembali kapalnya, sebentar lagi gelap. Aku tidak ingin mati bersamamu"

Tbc

Tbc

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
sara (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang